Sekolah

Islam Sangat Menghargai Budaya Suatu Masyarakat: Sejarah Keberhasilan Agama Islam dalam Menyebarkan Ajarannya di Nusantara dan Bagaimana Budaya Setempat Bisa Dijadikan Sumber Hukum

×

Islam Sangat Menghargai Budaya Suatu Masyarakat: Sejarah Keberhasilan Agama Islam dalam Menyebarkan Ajarannya di Nusantara dan Bagaimana Budaya Setempat Bisa Dijadikan Sumber Hukum

Sebarkan artikel ini

Islam merupakan agama yang sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Hal ini bukan hanya perkataan semata, melainkan dapat dibuktikan melalui sejarah keberhasilan agama Islam dalam menyebarkan ajarannya di Nusantara, berkat sikap penghormatannya terhadap budaya-budaya setempat. Bahkan, dalam Islam, budaya setempat bisa dijadikan sumber hukum. Lalu, apa makna dari pernyataan ini?

Makna Penghargaan Islam terhadap Budaya Setempat

Menurut agama Islam, setiap manusia diciptakan berbeda-beda dalam suku, bangsa, dan budaya. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 13, yang artinya:

“Ohai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kalian.”

Dari ayat ini, jelas bahwa Allah menciptakan keberagaman budaya bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengenal dan menghargai. Oleh karena itu, Islam sangat menghargai dan menghormati adanya perbedaan budaya.

Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara

Dalam konteks Nusantara, Islam datang dan berkembang bukan melalui penaklukan, melainkan melalui pendekatan yang bersahaja. Para penyebar Islam, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, dan lainnya, menggunakan pendekatan melalui budaya lokal, seperti wayang, tembang, dan tradisi masyarakat lokal lainnya, untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam.

Hal ini menggambarkan bagaimana Islam menunjukkan penghargaannya terhadap budaya lokal. Dengan menggunakan metode ini, masyarakat merasa dihargai dan direlevansikan dengan agama baru ini sehingga semakin banyak masyarakat Nusantara yang menerima dan memilih untuk memeluk Islam.

Budaya Setempat sebagai Sumber Hukum

Lalu, bagaimana budaya setempat bisa dijadikan sumber hukum dalam Islam? Batas-batas yang diatur oleh hukum agama Islam sesungguhnya cukup luas. Ada banyak aspek kehidupan masyarakat yang tidak diatur secara detail dalam agama, sehingga untuk hal tersebut, budaya setempat bisa dijadikan rujukan atau sumber hukum adat.

Sebagai contoh, dalam pernikahan, Islam mensyariatkan akad nikah dan mahar, tetapi tidak mengatur secara detail mengenai prosesi dan adat istiadat pernikahan. Di sinilah budaya setempat masuk dan berperan, sehingga terciptalah berbagai tradisi pernikahan yang kelihatan berbeda-beda di berbagai daerah dengan latar belakang budaya dan adat istiadat yang berbeda, semuanya masih dalam koridor syariat Islam.

Dalam Al-Quran juga disebutkan di Surah Al-Qasas ayat 78, “Katakanlah, Tuhan telah menyuruh (kalian) berlaku adil.” Adil di sini bisa diartikan melakukan segala sesuatu sesuai dengan budaya masing-masing asalkan tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Islam.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa sikap penghargaan Islam terhadap budaya setempat tidak hanya menjadi kunci sukses penyebaran ajaran Islam di Nusantara, namun juga turut andil dalam pembentukan hukum dalam konteks sosial kebudayaan suatu masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *