Kesultanan Ternate memiliki peran penting dalam sejarah kawasan Indonesia, khususnya dalam pertarungan melawan kolonialisme Eropa. Penjajah Eropa pertama yang tiba di kepulauan Maluku adalah bangsa Portugis pada abad ke-16. Namun, Kesultanan Ternate berhasil mengusir Portugis ini dari wilayahnya, suatu peristiwa yang membawa sejumlah dampak penting bagi Kesultanan itu sendiri dan juga lebih luas dalam konteks Indonesia serta interaksi internasional.
Pertama, mengusir Portugis mengembalikan hak penuh Kesultanan Ternate atas wilayahnya. Ini berarti Kesultanan dapat mempertahankan dan mengatur sumber daya alamnya seperti pala dan cengkeh, komoditi yang sangat dicari oleh pelaut dan pedagang Eropa. Kesultanan dapat mengendalikan perdagangan ini, membawa kekayaan dan keuntungan yang besar.
Kedua, keberhasilan ini memberikan dampak psikologis yang kuat baik bagi kesultanan maupun wilayah lainnya di Indonesia. Menunjukkan bahwa penjajah Eropa bisa dikalahkan dan dipaksa keluar, tentu meningkatkan moral dan semangat perjuangan melawan kolonialisme.
Ketiga, ini mempengaruhi dinamika kekuatan regional dan global. Dengan mengusir Portugis, Kesultanan Ternate memperlihatkan ketahanan dan keberaniannya pada kekuatan lain yang berkepentingan di Indonesia, baik itu kerajaan dan sultanat lokal lainnya atau kekuatan kolonial Eropa yang lain, khususnya Spanyol, Belanda, dan Inggris. Kejadian ini berpotensi mengubah strategi dan tindakan kekuatan-kekuatan ini.
Akhirnya, fakta bahwa Kesultanan Ternate berhasil mengusir Portugis ini juga berdampak pada sejarah penulisan dan persepsi kolonialisme. Secara tradisional, cerita kolonialisme sering diisi oleh keberhasilan dan dominasi Eropa, dan memberi sedikit pandangan tentang perlawanan yang sukses dari masyarakat setempat. Kemenangan Kesultanan Ternate ini mencerminkan perlawanan yang penting dan berhasil, dan memberikan pelajaran berharga tentang kemampuan, keberanian, dan tekad bangsa-bangsa terjajah untuk mempertahankan kemerdekaan dan hak mereka.
