Sejarah modern Asia Tenggara kadang-kadang dipenuhi dengan konflik dan ketegangan. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia pada awal 1960-an, yang dikenal sebagai “Konfrontasi”. Konfrontasi ini merupakan perang tak resmi yang terjadi dari tahun 1963 hingga 1966. Untuk memahami akar masalah ini, kita harus menengok sejarah dari kedua negara tersebut.
Sejarah Indonesia
Indonesia merdeka pada tahun 1945, dan sejak itu berjuang untuk menjaga stabilitas intern dan ekstern. Pada awal tahun 1960, Presiden pertama Indonesia, Soekarno, mendefinisikan kembali tujuan nasional Indonesia dalam bentuk Trikora (Tri Komando Rakyat), yang dimaksudkan untuk menentang pembentukan negara Malaysia yang diprakarsai oleh Britania Raya.
Trikora meliputi tiga elemen utama: menggagalkan pembentukan Malaysia sebagai bagian dari Persemakmuran Inggris, mempersiapkan kemerdekaan Sarawak dan Sabah, dan mempersatukan semua wilayah Indonesia. Soekarno berpendapat bahwa pembentukan Malaysia adalah bagian dari strategi “neo-kolonialisme” Britania untuk menjaga pengaruh di Asia Tenggara.
Sejarah Malaysia
Di sisi lain, Britania Raya sedang merencanakan proses dekolonisasi di Asia Tenggara. Malaysia diusulkan sebagai federasi baru yang akan mencakup Malaya, Singapura, dan wilayah-koloni Britania di Borneo (Sabah, Sarawak, dan Brunei). Tujuan utama adalah untuk menciptakan entitas politik yang lebih stabil dan kuat yang bisa melawan ancaman komunisme – utamanya dari China.
Namun, usulan ini ditentang oleh Indonesia, yang melihat hal itu sebagai upaya untuk mengendalikan segmen penting dari Asia Tenggara, dan merasa bahwa kedaulatan mereka terancam.
Tindakan Menuju Konfrontasi
Trikora yang dicanangkan Soekarno dipandang sebagai ancaman oleh Malaysia dan Britania Raya. Karena ketidaksepakatan dan hambatan politik, ketegangan antara Indonesia dan Malaysia meningkat, yang akhirnya meletus menjadi aksi militer terbuka, biasa disebut sebagai “Konfrontasi”.
Konfrontasi ini melibatkan serangan bersenjata, sabotase, dan operasi rahasia lainnya, sebagian besar terjadi di perbatasan Borneo. Peristiwa ini berakhir pada tahun 1966, ketika Soekarno diguling oleh Orde Baru yang dipimpin oleh Suharto, yang mengadopsi sikap yang lebih baik terhadap Malaysia dan membawa perdamaian kembali ke kawasan tersebut.
Sebagai ringkasan, latar belakang konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia dapat dilihat dari perspektif nasionalisme yang kuat dan perjuangan antara dekolonisasi dan neo-kolonialisme, yang berintertwining dengan agenda politik intern dan ekstern kedua negara itu sendiri.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya terletak pada dinamika kompleks antara nasionalisme, dekolonisasi, dan politik global selama periode tersebut. Ketegangan yang ada bukan hanya produk dari ambisi atau perasaan individual, tapi lebih pada proses sejarah yang lebih luas dan dinamis.