Industri 4.0 telah menjanjikan peningkatan efisiensi dan produktivitas yang signifikan serta membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi adalah aspek ketimpangan gender masih menjadi hal yang signifikan dan mempengaruhi kemajuan sektor ini. Penelitian terus menunjukkan bahwa peluang dan akses terhadap ekonomi digital tidak merata antara pria dan wanita.
Ketimpangan dalam Sistem Ekonomi
Di Indonesia, wanita masih berada di belakang pria dalam hal kepemilikan dan penggunaan internet yang merupakan pintu gerbang industri 4.0. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2020), 55,8% pengguna internet di Indonesia adalah pria, sedangkan 44,2% adalah wanita. Ini mencerminkan realitas ketimpangan gender dalam sistem ekonomi digital.
Di sisi lain, wanita juga kurang diwakili di tingkat kepemimpinan perusahaan teknologi. Aktif sebagai pengguna internet, namun dalam peran kerja dan pendidikan di sektor teknologi, wanita Indonesia masih berada di belakang. Menjadi hal yang umum bahwa industri teknologi dan sains dikuasai oleh pria, dan tanpa perubahan struktural yang signifikan, peran wanita dalam industri 4.0 akan tetap terbatas.
Ketimpangan dalam Konteks Budaya
Budaya patriarki yang masih kental di sejumlah daerah di Indonesia juga menciptakan hambatan bagi wanita untuk masuk dan mengambil peran dalam ekonomi digital. Sikap dan norma sosial cenderung membatasi peran dan partisipasi wanita dalam dunia kerja, terlebih lagi di bidang teknologi dan digital.
Misalnya, dalam budaya kerja di Indonesia, kerap kali wanita dipandang lebih cocok di posisi yang tidak berkaitan dengan IT atau teknologi. Stereotipe ini berhasil melimitasi perempuan Indonesia untuk maju dalam bidang yang sangat penting di era industri 4.0 ini.
Solusi dan Langkah Maju
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya intervensi sengaja dari semua stakeholder termasuk swasta, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil. Mendorong inklusi digital, memperkenalkan pendidikan STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika) bagi wanita sejak dini, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan mendukung sinergi antara pria dan wanita akan menjadi kunci untuk mengatasi ketimpangan gender ini.
Tantangan ketimpangan gender merupakan hal pelik dan membutuhkan solusi komprehensif yang melibatkan semua pihak. Ketimpangan gender bukan hanya soal adil atau tidak adil, tetapi juga penting untuk potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan memanfaatkan keterampilan dan potensi wanita secara maksimal, pertumbuhan ekonomi Indonesia di era industri 4.0 dapat lebih optimal dan inklusif.