Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor dan nuansa yang terlibat dalam penulisan, kritikan, dan perubahan bahasa dalam konteks novel.
Sebagai titik awal, perubahan bahasa dalam novel bukanlah suatu hal yang baru. Dalam dunia sastra, seringkali penulis menggunakan gaya bahasa atau variasi bahasa tertentu untuk menciptakan suasana, nuansa, atau karakter yang spesifik dalam cerita mereka. Penggunaan bahasa yang kreatif dan inovatif ini membuka jendela baru bagi pembaca untuk merasakan dan memahami dunia yang digambarkan oleh penulis.
Namun, setiap perubahan pasti akan menimbulkan tanggapan, termasuk kritik. Kritik bukanlah hal yang harus ditakutkan atau dihindari, melainkan hal yang harus dipahami dan diterima sebagai bagian dari proses kreatif. Seorang penulis harus mampu menerima kritik yang konstruktif dan menanggapinya dengan cara yang positif.
Tanggapan penulis terhadap kritik tentang perubahan bahasa di novel sebenarnya bergantung pada motivasi dan tujuan di balik perubahan tersebut. Jika perubahan dilakukan dengan alasan yang tepat, seperti untuk meningkatkan pengalaman membaca atau untuk menjelaskan suatu konsep atau ide yang kompleks dengan cara yang lebih mudah dimengerti, maka saya sepenuhnya setuju dengan penulis tersebut.
Namun, jika perubahan bahasa hanya dilakukan tampa mempertimbangkan dampaknya terhadap pembaca, atau jika perubahan tersebut tidak memperkaya cerita atau karakternya, maka saya tidak setuju dengan penulis tersebut.
Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa tujuan utama sebuah novel adalah untuk mengeksplorasi ide, pengalaman, dan emosi manusia melalui kisah dan karakter yang digambarkan dengannya. Bahasa adalah alat bagi penulis untuk mencapai tujuan ini.
Secara keseluruhan, saya percaya bahwa seorang penulis mempunyai hak penuh untuk melakukan perubahan bahasa di dalam novelnya. Namun, hak ini selalu datang dengan tanggung jawab – tanggung jawab untuk memastikan bahwa perubahan tersebut memperkaya dan memperdalam pengalaman membaca pembaca, bukannya mengganggunya.
Terakhir, kita harus mengingat bahwa setiap penulis memiliki gayanya sendiri dan sudah sepatutnya memiliki kebebasan untuk mengekspresikan ide dan imajinasinya melalui tulisan. Kritik hanyalah salah satu cara untuk menginformasikan penulis tentang bagaimana karyanya diterima oleh pembaca, dan bukanlah suatu hal yang dapat menentukan nilai sejati dari suatu karya sastra.