Manusia, sebagai makhluk yang dianugerahi berbagai nikmat oleh Allah SWT, seringkali melupakan sumber dari semua keberhasilan dan kenikmatan yang mereka alami. Banyak yang beranggapan bahwa harta dan kedudukan yang diperoleh merupakan hasil kerja kerasnya semata. Anggapan seperti ini memicu munculnya sifat riya’ dan sum’ah, dua perilaku yang merupakan penyakit hati dalam ajaran Islam.
Riya’ dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai pamer atau ria, menunjukkan perilaku seseorang yang bertujuan memamerkan amalnya agar dilihat orang lain. Sementara sum’ah, adalah perilaku seseorang yang beramal dengan motivasi agar didengar atau diketahui orang lain.
Pemahaman bahwa setiap nikmat dan keberhasilan yang diperoleh adalah anugerah dari Allah merupakan langkah awal dalam menghindari riya’ dan sum’ah. Berikut adalah cara-cara menghindari perilaku riya’:
- Meningkatkan kesadaran bahwa Allah adalah pemberi semua nikmat
Semakin kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah, semakin sulit kita jatuh dalam perilaku riya’. Jadi, kuncinya adalah memahami dan selalu mengingat bawah seluruh harta dan kedudukan bukanlah hasil dari jerih payah kita semata, melainkan nikmat dari Allah.
- Meningkatkan Takhwa
Takhwa adalah rasa takut dan hormat kepada Allah. Dengan meningkatkan takhwa, kita akan merasa takut untuk riya’ karena menyadari bahwa hal tersebut adalah penyakit hati yang merugikan diri sendiri.
- Beramal secara diam-diam
Mengerjakan amal secara sembunyi atau rahasia bisa menjadi cara efektif untuk menghindari riya’. Dengan demikian, fokus kita bukanlah pada bagaimana orang lain menilai, melainkan bagaimana amal itu diterima di sisi Allah.
- Pahami Tujuan Kita Beramal
Kita harus memahami dan selalu mengingat bahwa tujuan utama beramal adalah karena Allah, bukan untuk dipuji atau diakui orang lain.
- Mengintensifkan doa
Melalui doa, kita bisa memohon kepada Allah untuk menjauhkan kita dari sifat-sifat yang merendahkan diri seperti riya’.
Dengan berusaha melakukan hal-hal di atas, semoga kita dapat terhindar dari perilaku riya’, memperbaiki kualitas amal ibadah kita, dan meningkatkan kesadaran bahwa setiap nikmat yang kita terima adalah anugerah langsung dari Allah SWT.