Budaya

Kehidupan Sosial Masyarakat Desa yang Akrab dengan Sifat Kekeluargaan yang Sangat Erat atau Disebut Apa?

×

Kehidupan Sosial Masyarakat Desa yang Akrab dengan Sifat Kekeluargaan yang Sangat Erat atau Disebut Apa?

Sebarkan artikel ini

Kehidupan sosial di pedesaan biasanya memiliki ikatan sosial yang kuat dan akrab berakar pada nilai-nilai kekeluargaan. Interaksi antar warga di desa biasanya sangat akrab dan saling membantu, menciptakan komunitas yang erat dan kuat. Inilah yang biasanya disebut dengan gotong royong.

Gotong Royong sebagai Nilai Budaya Masyarakat Pedesaan

Gotong royong adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada konsep kerja sama, bantuan timbal balik, dan kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama. Istilah ini juga merujuk pada praktek bersamaan di mana setiap individu atau keluarga mengambil bagian dalam upaya kolektif untuk mencapai hasil yang menguntungkan seluruh komunitas.

Istilah ini merangkum esensi dari sistem sosial dan budaya pedesaan yang mengutamakan nilai-nilai komunal dan kolektif, dibandingkan nilai-nilai individualistik. Gotong royong menekankan pentingnya bekerja bersama-sama sebagai satu komunitas untuk mencapai tujuan yang sama.

Manfaat Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Pedesaan

Praktek gotong royong ini membantu memperkuat ikatan sosial antara anggota masyarakat desa. Hal ini menciptakan rasa solidaritas, harmoni, dan kedekatan yang mendalam, sehingga membantu merawat kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

Melalui “gotong royong”, masyarakat pedesaan mampu mengatasi berbagai tantangan dan masalah yang mereka hadapi, seperti pembangunan infrastruktur, penanganan bencana alam, sampai masalah penanaman dan panen hasil pertanian.

Gotong Royong dan Modernisasi

Sementara nilai-nilai tradisional seperti “gotong royong” terus dianut dalam banyak masyarakat pedesaan, modernisasi dan globalisasi telah membawa perubahan. Namun demikian, meskipun ada tantangan yang diberikan oleh modernisasi, nilai-nilai dasar dari “gotong royong”, seperti kerja sama dan persaudaraan, tetap relevan dan penting.

Pada akhirnya, “gotong royong” bukan hanya sebatas sebuah istilah, tetapi merupakan jati diri dan kunci keberlangsungan hidup masyarakat desa. Dinginnya proses pemodernan mungkin mengecilkan praktik ini, tapi spirit dari “gotong royong” harus tetap diteruskan dan diwariskan kepada generasi muda sebagai bagian dari nilai-nilai budaya yang perlu dipertahankan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *