Indonesia, sebagai negara pemilik kebudayaan batik yang kaya, tentunya memiliki tanggung jawab untuk terus mempromosikan dan melestarikannya. Sebagai warisan budaya bangsa dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan, batik bukan hanya menjadi identitas bangsa, tetapi juga potensi ekonomi yang harus terus dikembangkan. Dalam menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai kerjasama baik di tingkat regional maupun internasional.
Salah satu kerjasama yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan forum internasional seperti ASEAN, APEC, dan PBB untuk mempromosikan batik. Pada tahun 2010, dalam rangka Hari Batik Internasional, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan PBB untuk mengadakan peragaan busana batik di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Peragaan busana ini hadir sebagai bentuk pengenalan dan promosi budaya batik kepada dunia internasional.
Selain itu, kerjasama juga dilakukan dengan menggandeng perusahaan dan desainer fashion ternama di dunia untuk mengadopsi batik dalam kreasi mode mereka. Beberapa desainer terkenal seperti Dries van Noten dan Marc Jacobs, telah menggunakan motif batik dalam koleksi busana mereka.
Kerja sama lainnya adalah dengan perusahaan raksasa online seperti Google. Pada tahun 2015, Google bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Indonesia untuk melakukan kampanye online global yang bertujuan mempopulerkan batik sebagai destinasi wisata belanja.
Pemerintah juga bekerjasama dengan sejumlah institusi pendidikan dan lembaga penelitian di luar negeri untuk melibatkan batik dalam kurikulum mereka. Salah satu contohnya adalah kerjasama dengan Royal College of Art di London, dimana batik dipelajari sebagai bagian dari studi tekstil dan desain mode.
Melalui berbagai kerjasama ini, batik bukan hanya diakui sebagai budaya Indonesia, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Kerjasama-kerjasama ini menjadi bukti bahwa batik bukan hanya milik Indonesia, tetapi menjadi peninggalan dunia yang harus dilestarikan.