Sebagai ilustrasi, mari kita tinjau kasus konflik dan kerjasama antara dua kelompok agama yang berbeda: umat Islam dan umat Kristen di sebuah lingkungan yang mayoritasnya Muslim. Konflik sering muncul ketika ada perbedaan keyakinan atau kebiasaan yang melukai perasaan kelompok lain. Namun demikian, kerjasama antar agama tersebut adalah sesuatu yang penting dalam menjaga harmoni dan toleransi di masyarakat.
Kasus Konflik
Di daerah perumahan tersebut, pada saat bulan Ramadan, umat Muslim menjalani ibadah puasa. Namun, sebuah gereja di lingkungan tersebut mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan musik keras dan berlangsung hingga larut malam, yang dianggap mengganggu ketenangan dan menjadikan kondisi menjadi tegang.
Pendekatan multikultural dalam kasus ini menegaskan bahwa perlu adanya pengertian dan pengakuan terhadap keberagaman budaya dan keyakinan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui dialog antar pemuka agama dan komunitas, di mana mereka dapat menemukan solusi yang adil dan saling menghormati hak-hak kelompok lain.
Pandangan Kerjasama
Terlepas dari konflik dalam contoh kasus di atas, banyak inisiatif diadakan untuk mempererat hubungan dan kerjasama antar kelompok agama yang berbeda di lingkungan itu. Sebagai contoh, upacara doa bersama yang diadakan oleh pemimpin agama dari kedua kelompok dalam menghadapi bencana alam. Ibadah bersama ini tidak hanya memupuk rasa kedekatan dan saling menghormati antara masyarakat Islam dan Kristen, tetapi juga mempromosikan toleransi serta pemahaman antar agama.
Analisis Pendekatan Multikultural
Dalam pendekatan multikultural, kita menyoroti nilai-nilai toleransi, kerjasama, dan penghormatan terhadap perbedaan agama, budaya, dan etnis. Kasus di atas menggambarkan bagaimana konflik dapat terjadi ketika kelompok minoritas tidak peka terhadap keyakinan dan sensitivitas kelompok mayoritas. Antusiasme kerjasama menyangkut pemahaman ataupun perasaan dimana perlu dilakukan upaya pendidikan dan dialog agar dicapai pemahaman dan pengakuan keberagaman budaya.
Dalam hal ini, pendekatan multikultural mengajarkan cara hidup berdampingan yang berlandaskan toleransi, saling pengertian, dan kerjasama. Dari kasus ini kita dapat menyimpulkan bahwa kerjasama antar kelompok, toleransi, dan saling pengertian merupakan kunci dalam mengatasi konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
- Bankston, C. L., & Zhou, M. (1997). The Social Adjustment of Vietnamese American Adolescents: Evidence for a Segmented-assimilation Approach. Social Science Quarterly.
- Moodley, R. (2005). An Analysis of the Effects of Racism and Racial Discrimination: Family, Education, and Work. In R. Moodley (Ed.), Canadian issues in racial and ethnic diversity: Multicultural Counselling (pp. 13-29). Toronto: Canadian Scholar’s Press/Women’s Press.
Jadi, jawabannya apa? Kerjasama antara kelompok yang berbeda agama, budaya, dan etnis sangat penting untuk mewujudkan harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan multikultural menganjurkan toleransi, saling pengertian, dan pengakuan terhadap keberagaman budaya serta keyakinan dalam masyarakat yang dinamis dan heterogen.