Rasulullah Muhammad SAW, terlahir pada tahun 570 M, di Mekkah merupakan sosok yang sangat dihormati dan dikasihi oleh umat Islam. Beliau adalah seorang pemimpin, murabbi, dan pejuang. Namun, sebelum beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT, beliau telah dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan adil dalam menyelesaikan berbagai persoalan, terutama saat berusia muda. Salah satu kisah menarik mengenai kebijaksanaan Rasulullah SAW adalah ketika beliau menyelesaikan sengketa mengenai pengangkatan batu Hajar Aswad pada Ka’bah.
Situasi Sengketa
Ka’bah merupakan tempat suci umat Islam yang terletak di Mekkah, dan menyimpan batu Hajar Aswad yang diyakini berasal dari surga. Pada suatu ketika, Ka’bah mengalami kerusakan akibat banjir yang melanda kota Mekkah, sehingga memerlukan perbaikan. Kaum Quraisy yang merupakan elite Mekkah saat itu menyatakan kesediaan mereka untuk membangun Ka’bah kembali.
Namun, ketika proses perbaikan hampir selesai, kaum Quraisy menemui kendala dalam menentukan siapa yang berhak mengangkat dan meletakkan batu Hajar Aswad kembali ke tempat semula. Setiap suku dalam kaum Quraisy menginginkan kehormatan itu, sehingga timbul ketegangan yang hampir berujung pada pertikaian.
Masyarakat Mekkah bersepakat untuk bertanya kepada orang bijaksana yang akan melintas pertama kali di pintu Masjidil Haram. Mereka ingin orang yang dinilai bijaksana tersebut menjadi penengah dalam menyelesaikan sengketa ini.
Kebijaksanaan Rasulullah SAW di Masa Muda
Kebetulan, Muhammad SAW yang saat itu masih muda dan belum menjadi Rasul, tiba di tempat tersebut. kaum Quraisy menyambutnya dengan baik dan menghargai kebijaksanaannya. Untuk menghindari pertikaian dan mencapai kata sepakat, Rasulullah SAW mencetuskan sebuah ide. Beliau menyarankan agar setiap suku dalam kaum Quraisy mengangkat sepotong kain yang di atasnya diletakkan batu Hajar Aswad. Lalu, para perwakilan dari setiap suku akan mengangkat kain tersebut bersama-sama dan membawanya ke dekat Ka’bah.
Ketika batu itu sudah dekat dengan dinding Ka’bah, Rasulullah SAW sendiri mengambil batu Hajar Aswad dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Dengan cara ini, kaum Quraisy merasa puas karena masing-masing suku merasa dilibatkan dalam proses pengangkatan dan penghormatan batu Hajar Aswad.
Kesimpulan
Kisah di atas menunjukkan betapa bijaksana dan adilnya Rasulullah SAW meski belum menjadi seorang panglima dan pemimpin. Ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang sedang renggang dan berpotensi perpecahan, beliau mampu menyelesaikan konflik dengan menciptakan solusi yang tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Jadi, jawabannya apa? Kita perlu mengambil tauladan dari kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam menyelesaikan konflik dan menciptakan solusi yang tidak merugikan pihak manapun. Semoga kita senantiasa diberikan kebijaksanaan dalam menghadapi konflik dan sengketa dalam hidup.