Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh penting dalam perjuangan dan pergerakan pendidikan di Indonesia, tidak serta-merta menerima mentah-mentah dua teori pendidikan yang berkembang pada masa itu. Dengan semangat kritis dan kecintaannya terhadap pendidikan, ia berhasil merumuskan sebuah teori yang kemudian dikenal dengan teori konvergensi.
Teori pertama: Teori Perenialisme
Teori pertama yang berkembang saat itu adalah teori Perenialisme. Teori ini berkeyakinan bahwa pendidikan seharusnya fokus pada pengetahuan atau ide-ide abadi. Materi pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya sebaiknya selalu relevan dan abadi, tidak terpengaruh oleh perubahan zaman. Tujuan utama teori ini adalah melatih pikiran siswa untuk berpikir secara rasional dan kritis.
Teori kedua: Teori Progresivisme
Sementara itu, teori kedua adalah teori Progresivisme. Berbeda dengan teori Perenialisme, teori ini percaya bahwa pendidikan seharusnya lebih beradaptasi dengan perubahan zaman. Dalam teori ini, siswa diajarkan bagaimana belajar dari pengalaman dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Teori Progresivisme percaya bahwa belajar adalah proses aktif, bukan pasif.
Ki Hadjar Dewantara dan Teori Konvergensi
Di tengah perdebatan antara dua teori ini, Ki Hadjar Dewantara melihat bahwa kedua teori tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk menggabungkan kedua teori tersebut dalam apa yang kemudian ia sebut teori konvergensi.
Teori konvergensi yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara berusaha memadukan unsur-unsur terbaik dari Perenialisme dan Progresivisme. Ia mengakui pentingnya pengetahuan abadi tapi juga melihat pentingnya belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan perubahan. Teori ini berusaha mewujudkan pendidikan yang seimbang, di mana siswa dipersiapkan untuk menghadapi tantangan di masa depan tanpa melupakan pengetahuan dan ide-ide penting yang abadi.
Dengan teori konvergensi ini, Ki Hadjar Dewantara berharap dapat membentuk generasi yang berpengetahuan luas dan kritis, namun tetap mampu beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi perubahan zaman.
Singkatnya, pendekatan Ki Hadjar Dewantara dalam menggabungkan dua teori pendidikan tersebut mencerminkan visinya yang berperan besar dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Lewat teori ini, ia membuktikan bahwa pendekatan fleksibel dan integratif dalam pendidikan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dan holistik bagi para siswa.