R. M. Soewardi Soeryaningrat, yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia adalah pendidik, aktivis, dan pejuang peningkatan kondisi dan hak-hak penduduk lokal selama era penjajahan Belanda.
Aktivis dan Kritikus Kolonial
Pada awal 1900-an, kala Indonesia masih berada di bawah kendali pemerintahan kolonial Belanda, Ki Hajar Dewantara mulai memanfaatkan media sebagai alat ekspresi dan perlawanan. Salah satu media yang digunakannya adalah harian De Express.
Ki Hajar Dewantara dengan tajam mengkritik pemerintah kolonial Belanda melalui tulisannya di harian tersebut. Melalui tulisan-tulisannya, ia mengecam berbagai kebijakan kolonial yang menindas dan memojokkan penduduk lokal. Bukan hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga mengaplikasikan pemikiran-pemikiran kritis dan ideologi progresif tentang kemerdekaan dan hak asasi manusia.
Kritik Lewat De Express
Tulisannya dalam De Express menjadi ruang bagi Ki Hajar Dewantara untuk mengekspos diskriminasi dan perbedaan perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Ia menggunakan tulisan tersebut sebagai wadah untuk menyerukan perubahan dan equalitas sosial.
Kritiknya pada pemerintah kolonial tidak hanya berfokus pada isu-isu politik dan sosial semata, tetapi juga masuk ke ranah pendidikan. Di masa itu, sistem pendidikan belanda hanyalah untuk kalangan elit Belanda dan segelintir komunitas asli yang dianggap ‘layak’. Ki Hajar Dewantara melalui tulisannya menyerukan reformasi pendidikan yang inklusif dan egaliter.
Dampak dan Makna Kritiknya
Tulisan Ki Hajar Dewantara di De Express menentang penjajahan dan berperan penting dalam membangun kesadaran nasional, yang merupakan kunci awal gerakan kemerdekaan Indonesia. Tulisannya di harian tersebut menjadi jembatan penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Melalui tulisannya, Ki Hajar Dewantara telah berhasil membangun dialog dan diskusi publik tentang masalah-masalah penting yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat itu. Meski harus berhadapan dengan represi dari pemerintah kolonial, beliau tetap berani mengambil risiko dengan tujuan agar suara rakyat Indonesia didengar.
Di zaman modern ini, kiranya kita perlu meneladani semangat Ki Hajar Dewantara dalam berpendapat dan berkarya. Ada banyak cara untuk berperan dalam perubahan, dan penulisan bisa menjadi salah satunya. Ki Hajar Dewantara telah membuktikan bahwa kata-kata, jika digunakan dengan tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat perubahan yang sangat kuat.