Diskusi

Krisis Apakah yang Terlihat dari Uraian Soal: “Syukurlah Bu, Jalan Menuju Rumah Saya Sudah Banyak Bioporinya, Tapi Kata Bapak Itu Bukan Untuk Menanggulangi Banjir, Melainkan Biopori Akibat Sering Banjir”?

×

Krisis Apakah yang Terlihat dari Uraian Soal: “Syukurlah Bu, Jalan Menuju Rumah Saya Sudah Banyak Bioporinya, Tapi Kata Bapak Itu Bukan Untuk Menanggulangi Banjir, Melainkan Biopori Akibat Sering Banjir”?

Sebarkan artikel ini

Dalam mengoptimalkan proses pembelajaran, seorang guru seringkali memanfaatkan real-life examples atau contoh-contoh yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dalam narasi tentang diskusi kelas yang berkaitan dengan biopori, suatu metode yang dikenal membiarkan air meresap ke bumi untuk mencegah banjir. Selain memberikan pemahaman teoritis, guru tersebut juga mengajak siswanya untuk berpartisipasi aktif menciptakan solusi lingkungan dengan cara membuat biopori di rumah masing-masing.

Namun, seruan positif ini mendapatkan respon yang cukup unik dari salah satu siswa, yaitu tentang banyaknya biopori di lingkungan rumahnya bukan sebagai upaya pencegahan banjir, melainkan sebagai hasil dari seringnya banjir. Di sini, kita dapat melihat bahwa kalimat tersebut menunjukkan adanya krisis. Namun, krisis apakah itu?

Krisis Lingkungan

Kalimat yang diungkapkan oleh siswa tersebut menunjukkan adanya krisis lingkungan yang lebih besar. Krisis ini tercermin dari fakta bahwa biopori yang seharusnya berfungsi sebagai solusi pencegahan terjadinya banjir, justru terbentuk akibat seringnya banjir yang terjadi di lingkungan sekitar rumah siswa.

Banjir secara berkala adalah indikator adanya gangguan ekosistem dan lingkungan. Faktor penyebabnya bisa beragam, namun yang paling umum adalah perubahan lahan menjadi permukaan kedap air seperti jalan dan bangunan, penambangan berlebihan, sampai perubahan iklim yang mengakibatkan curah hujan tinggi. Kondisi ini memang memicu terbentuknya biopori, namun lebih oleh kebutuhan alamiah agar air bisa meresap dan tidak memicu banjir lanjutan, daripada upaya manusia untuk mencegah banjir.

Maka dari itu, banjir yang kerap terjadi dan banyaknya biopori bukan karena upaya manusia adalah penanda adanya krisis lingkungan di tempat tersebut. Krisis ini memerlukan penanganan serius dan upaya bersama, baik dari individu, komunitas, pemerintah setempat, hingga pemerintah pusat. Selain membuat biopori, upaya yang bisa dilakukan meliputi penanaman pohon, renovasi saluran air, hingga regulasi pembangunan yang mempertimbangkan faktor lingkungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *