Perkara mubah dalam konteks keagamaan bisa diartikan sebagai hal yang boleh dilakukan, tidak dilarang namun juga tidak disyariatkan. Ini bisa berkaitan dengan segala aspek dalam kehidupan, seperti makanan, minuman, busana, hiburan, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, umat manusia sering kali menghadapi pilihan antara memanfaatkan perkara mubah secara berlebihan atau menahannya dan hanya mengambil sedikit untuk memenuhi kebutuhan primer.
Sebuah Konsep Dari Perspektif Agama
Konsep “menahan diri dari banyak perkara yang mubah dan mencukupkan dengan mengambil sedikit darinya untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer saja” dapat ditemukan dalam berbagai tradisi agama dan spiritual. Misalnya, dalam ajaran Islam, konsep ini disebut “zuhud”. Zuhud berarti menghindari sesuatu yang tidak perlu atau berlebihan, meskipun hal tersebut diperbolehkan atau mubah.
Zuhud adalah sikap hati yang menjauhkan diri dari kecintaan dunia dan apa yang ada di dalamnya. Sikap ini tidak melarang seseorang untuk menikmati kenikmatan dunia, tetapi menunjukkan sikap tidak terlampau mengharapkannya dan senantiasa merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Implementasinya Dalam Kehidupan Sehari-hari
Menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari bisa berarti memilih hidup sederhana dan mencukupkan diri dengan apa yang benar-benar dibutuhkan. Ini bisa mencakup memilih makanan sederhana daripada makanan mewah, membeli pakaian yang fungsional daripada bermerk, atau memilih aktivitas rekreasi yang sederhana dan murah daripada yang mahal dan mewah.
Mempraktekkan konsep ini juga dapat berarti menghindari sikap boros dan lebih memilih untuk hemat dan efisien. Misalnya, orang dapat memilih untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan daripada membelanjakan uang untuk barang-barang yang tidak perlu.
Memilih untuk menahan diri dari banyak perkara yang mubah dan mencukupkan dengan mengambil sedikit darinya untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer saja bukanlah tindakan yang mudah. Namun, dengan kesadaran dan disiplin, konsep ini bisa mendorong individu untuk menjalani hidup yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Manfaatnya
Manfaat dari praktek ini adalah mengurangi keterikatan kepada dunia dan meningkatkan ketergantungan kepada Tuhan. Ini juga membantu individu untuk merasa lebih puas dan berterima kasih atas apa yang mereka miliki, sekaligus mengurangi stres dan kecemasan yang datang dengan keinginan konstan untuk memiliki lebih.
Selain itu, konsep ini juga dapat mengurangi dampak negatif dari konsumsi berlebihan terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Dengan mengurangi konsumsi, individu dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan planet.
Menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi tantangan, tapi juga bisa menjadi sebuah perjalanan yang membebaskan dan memandu individu menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berkelanjutan.