Secara intuitif, kita semua paham bahwa baju basah yang dijemur di bawah sinar matahari atau angin akan kering seiring waktu. Bagaimanapun, pernahkah Anda berhenti untuk bertanya-tanya, mengapa hal ini sebenarnya bisa terjadi? Apa proses fisika dan kimia yang terlibat di balik fenomena sehari-hari ini? Mari kita jelajahi lebih lanjut.
Proses Evaporasi
Fenomena ini terjadi dengan proses yang disebut evaporasi. Evaporasi adalah proses di mana air berubah dari fase cair ke fase gas atau uap. Ketika kita menjemur baju basah, air yang menempel pada baju mendapat energi dari lingkungan — seperti sinar matahari dan angin — yang mempercepat proses penguapan.
Radiasi matahari memberikan energi panas ke permukaan baju dan air yang menempel padanya. Energi ini memberikan molekul air dalam baju energi kinetik atau gerak yang cukup sehingga mereka bisa ‘melepaskan diri’ dari ikatan intermolekular yang mengikat mereka dalam fase cair dan berubah menjadi gas.
Pengaruh Angin
Selain sinar matahari, angin juga berperan penting dalam proses pengeringan baju. Angin menghapuskan uap air di permukaan baju, sehingga menurunkan kelembaban di sekitarnya. Kejadian ini memberikan ruang untuk lebih banyak evaporasi air yang hasilnya adalah peningkatan kecepatan pengeringan.
Faktor Lainnya
Ada faktor lain yang juga mempengaruhi kecepatan pengeringan baju. Misalnya, suhu lingkungan, kelembaban udara, dan jenis kain. Baju di daerah tropis di mana sinar matahari kuat dan angin lembut akan kering lebih cepat dibanding di daerah kutub. Bahan kain juga mempengaruhi. Kain kapas, misalnya, menyerap banyak air dan butuh waktu lama untuk kering dibandingkan dengan kain sintetis.
Jadi, proses pengeringan baju basah bukanlah hal yang ajaib. Sebaliknya, ini adalah aplikasi berkelanjutan dari beberapa prinsip dasar fisika dan kimia.