Ilmu

Mengapa Kasus Kepala Sekolah yang Mengirimkan Lelucon Mesum di Grup WhatsApp Sekolah Termasuk Kekerasan Seksual Daring?

×

Mengapa Kasus Kepala Sekolah yang Mengirimkan Lelucon Mesum di Grup WhatsApp Sekolah Termasuk Kekerasan Seksual Daring?

Sebarkan artikel ini

Definisi dan Persepsi terhadap Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual seringkali dikaitkan langsung dengan tindakan fisik. Bukan hal yang aneh jika sang kepala sekolah merasa tidak melakukan kekerasan seksual karena tidak ada tindakan fisik yang dilakukan. Akan tetapi, persepsi ini perlu dikoreksi. Menurut definisi yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kekerasan seksual meliputi segala jenis tindakan seksual yang dipaksakan terhadap kehendak seseorang atau tanpa persetujuan mereka. Tindakan ini bisa dalam bentuk fisik, tetapi juga bisa dalam bentuk verbal atau digital—yang di dalamnya termasuk mengirimkan konten atau lelucon mesum.

Lelucon Mesum dan Kekerasan Seksual Daring

Dalam dunia digital, tindakan seperti mengirimkan lelucon mesum—terutama kepada individu yang tidak memberikan persetujuan, atau yang merasa tidak nyaman atau terintimidasi—dapat dianggap sebagai bentuk kekerasan seksual. Tindakan ini jatuh dalam kategori “seksual harassment” atau pelecehan seksual, yang menjadi bagian dari kekerasan seksual. Dalam konteks daring, kasus pelecehan seperti ini biasanya disebut sebagai “cyber sexual harassment” atau pelecehan seksual daring.

Konteks Sekolah dan Penyalahgunaan Kekuasaan

Dalam konteks spesifik kasus ini, ada dua aspek yang membuat perilaku sang kepala sekolah tersebut tidak bisa diterima. Pertama, konteksnya adalah lingkungan sekolah, di mana semua anggota harus merasa aman dan dihargai. Membuat lelucon mesum—terlebih lagi kepada seorang guru yang baru menikah—bisa menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan bahkan meresahkan.

Kedua, sang kepala sekolah memegang posisi kekuasaan. Menggunakan posisi tersebut untuk berperilaku tidak pantas atau menjatuhkan komentar seksual, meski dalam bentuk lelucon, merupakan penyalahgunaan kekuasaan dan bentuk pelecehan seksual.

Kesimpulan

Dengan demikian, kasus kepala sekolah ini dapat dikategorikan sebagai kekerasan seksual daring. Sementara kasus seperti ini mungkin masih dianggap remeh oleh sebagian orang, penting untuk memahami bahwa tindakan ini memiliki dampak serius terhadap korban, serta berkontribusi pada budaya pelecehan dan diskriminasi. Edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang apa itu kekerasan seksual—dalam semua bentuknya—sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang efektif, aman, dan menghargai semua anggota.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *