Sekolah

Menurut Billie Wright dan Linda Weiner dalam Buku “Sexual Harassment on Campus”, Pelaku Kekerasan Seksual Sering Memerankan Diri Sebagai…?

×

Menurut Billie Wright dan Linda Weiner dalam Buku “Sexual Harassment on Campus”, Pelaku Kekerasan Seksual Sering Memerankan Diri Sebagai…?

Sebarkan artikel ini

Menurut Billie Wright Dzuback dan Linda Weiner dalam bukunya yang berjudul “Sexual Harassment on Campus: A Guide for Administrators, Faculty, and Students”, salah satu pola kekerasan seksual yang sering terjadi dalam lingkungan pendidikan adalah pelaku memerankan diri sebagai orang yang berkuasa atau memiliki posisi terhonor.

Polanya diungkapkan melalui berbagai cara. Tentunya, ini termasuk memerankan diri sebagai seorang pendidik, mentor, atau seseorang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan atas korban. Banyak kejadian pelecehan seksual terjadi dalam dinamika hubungan di mana pelaku memiliki kekuasaan atau pengaruh atas korban. Misalnya, seorang profesor terhadap siswa, atau seorang pelatih terhadap atlet yang mereka latih.

Ini bukan berarti bahwa semua individu dalam posisi kekuasaan akan menyalahgunakan jabatan mereka untuk melakukan pelecehan seksual. Namun, Wright Dzuback dan Weiner mengingatkan bahwa lingkungan pendidikan yang menciptakan dinamika kekuasaan yang tidak seimbang sangat rentan terhadap pola pelecehan ini.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku pelecehan seksual. Faktor-faktor ini dapat mencakup rasa kebutuhan untuk mengendalikan atau merendahkan orang lain, sebuah rasa kehancuran atau pengecekan diri atau kurangnya pemahaman tentang batas-batas yang sesuai dalam hubungan antara guru dan siswa, pelatih dan atlet, atau antara individu lain dalam komunitas pendidikan.

Wright Dzuback dan Weiner mencatat bahwa pendidikan dan pengawasan yang tepat adalah kunci dalam mencegah pelecehan seksual di lingkungan pendidikan. Mereka mendesak individu di semua tingkatan komunitas pendidikan – dari administrator hingga siswa – untuk berpartisipasi dalam upaya tersebut.

Pendidikan ini harus mencakup pembelajaran tentang apa yang didefinisikan sebagai pelecehan seksual, bagaimana mengenali ciri-ciri dan pola pelecehan, serta bagaimana mencegah dan merespon pelecehan seksual apabila terjadi. Pengawasan atas lingkungan pendidikan juga harus dilakukan secara terus menerus untuk memastikan bahwa semua individu merasa aman dan terlindungi.

Sebagai penyimpulan, menurut Billie Wright Dzuback dan Linda Weiner, memahami bahwa pelecehan seksual sering kali dihadapi oleh orang-orang yang berada dalam situasi di mana pelaku dapat memerankan diri sebagai orang yang berkuasa adalah langkah penting dalam mencegah dan mengecek kekerasan seksual di kampus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *