Terdapat dua elemen yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan pendidikan holistic bagi seorang pelajar; yaitu komitmen akademik dan kemampuan ekstrakurikuler. Dalam konteks ini, kita akan membahas sebuah kasus yang melibatkan seorang murid atlet kelas 9 yang mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan sekolahnya dan komitmen olahraganya.
Latar Belakang
Bapak Eling, seorang guru sekaligus asisten pengarah acara perayaan ulang tahun sekolah, menemui salah seorang muridnya yang merupakan atlet renang juara. Murid tersebut belum mengumpulkan tugas yang diberikan padanya. Alasan yang diberikan oleh murid tersebut adalah rasa lelah dan mengantuk yang dialaminya baik di kelas maupun di rumah, yang disebabkan oleh latihan keras yang dilakukannya menjelang kejuaraan renang bulan depan.
Perspektif Guru
Menurut Bapak Eling, seorang murid atlet seharusnya memiliki komitmen lebih kuat terhadap tugas dan tanggung jawab sehari-harinya. Memang, menjadi seorang atlet memerlukan waktu, energi, dan dedikasi yang luar biasa. Namun, menurut beliau, ini berlaku juga untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang merupakan bagian penting dari pendidikan murid tersebut.
Permintaan Murid dan Tanggapan Guru
Murid tersebut meminta kesempatan untuk mengumpulkan tugasnya setelah sekolah. Namun, Bapak Eling menolak permintaan tersebut. Dia memutuskan konsekuensi untuk murid tersebut adalah tidak mendapatkan nilai tugas yang diharapkannya karena tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.
Kesimpulan
Situasi ini muncul menjadi sebuah pertanyaan penting; Bagaimana seorang murid atlet dapat menyeimbangkan komitmen antara olahraga dan akademiknya? Dua sisi dari kehidupan ini sama pentingnya dalam membantu perkembangan holistik seorang pelajar. Oleh karena itu, strategi dan alat pendukung yang relevan sangat diperlukan untuk membantu murid menghadapi tantangan semacam ini.