Ilmu

Meyakini dengan Hati, Mengucapkan dengan Lisan, dan Mengamalkan dengan Anggota Badan adalah Makna Dari

×

Meyakini dengan Hati, Mengucapkan dengan Lisan, dan Mengamalkan dengan Anggota Badan adalah Makna Dari

Sebarkan artikel ini

Sebuah pemahaman yang sangat mendasar yang sangat sering kita dengar dalam agama Islam adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Sebuah paham yang terangkum dalam frasa ini adalah merupakan dasar dari iman atau keyakinan. Iman bukan hanya sekedar pengetahuan atau pengakuan lisan, melainkan implementasi nyata dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari.

Meyakini dengan hati mewakili inti dari iman – yaitu, tingkat terdalam dari keyakinan dan persetujuan, yang tidak terlihat oleh mata manusia tetapi hadir dalam setiap detak jantung individu. Seseorang mungkin memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip tertentu atau mungkin mampu menyatakannya dengan kata-kata, tetapi kecuali mereka percaya secara jujur dan ikhlas di dalam hati mereka, keyakinan tersebut belum mencapai puncaknya.

Mengucapkan dengan lisan merupakan tahap berikutnya. Satu langkah melampaui keyakinan internal adalah pengakuan lisan – penyataan buka di dunia luar tentang kepercayaan seseorang. Mengucapkan ini, bukan hanya sekadar pernyataan lisan, tetapi juga mencakup pembicaraan untuk memberi tahu orang lain, dengan mengajak mereka ke arah yang benar dan berbicara keras terhadap segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman.

Terakhir, mengamalkan dengan anggota badan menunjukkan bagaimana kepercayaan dan keyakinan harus diterapkan dalam aktivitas fisik kita sehari-hari. Ini bukan hanya tentang perilaku yang sesuai, tetapi juga tentang memperlakukan orang lain dengan kebaikan dan adil. Jika keyakinan tidak diwujudkan dalam praktek nyata, maka itu tidak lebih dari kata-kata kosong.

Maka dari itu, frase “meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan” adalah makna dari kehidupan dan ciri khas dari seorang yang beriman. Keyakinan ini mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari persepsi internal sampai interaksi eksternal, dan manfaatnya melampaui kepuasan pribadi semata, memberikan kontribusi positif kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip kejujuran, keadilan dan berbuat baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *