Budaya

Munculnya Gerakan APRA di Jawa Barat dan Andi Azis di Sulawesi Selatan: Tujuan dan Hubungannya dengan Kolonial Belanda

×

Munculnya Gerakan APRA di Jawa Barat dan Andi Azis di Sulawesi Selatan: Tujuan dan Hubungannya dengan Kolonial Belanda

Sebarkan artikel ini

Gerakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) dan Andi Azis muncul dalam konteks era pasca kemerdekaan Indonesia yang penuh konflik dan pergolakan politik. Ada janji-janji tak dipenuhi, serta kekuatan lokal yang berusaha mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh penjajah Belanda. Pada satu sisi, di Jawa Barat, kita melihat munculnya gerakan APRA yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Di sisi lain, di Sulawesi Selatan, Andi Azis muncul sebagai figur penting dalam melawan hegemoni Belanda. Meski berbeda lokasi dan pemimpin, dengan melihat secara mendalam, kita akan menemukan bahwa kedua gerakan ini memiliki hubungan yang erat, dan berbondong-bondong terhadap tujuan yang sama: perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.

Gerakan APRA

Gerakan APRA adalah kelanjutan dari perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan kemampuan militer yang cukup, Raymond Westerling, seorang perwira yang pernah berdinas dalam tentara Belanda, memimpin sekelompok orang yang berharap membangun suatu negara dengan sistem demokrasi yang sebenarnya, bukan hanya teori. Gerakan ini lahir sebagai respon atas ketidakadilan dan ketidakpuasan terhadap cara Belanda memerintah Indonesia setelah perang dunia kedua, dan mereka menyerukan pembentukan ‘Negara Federal Indonesia’ sebagai alternatif dari pemerintahan Belanda.

Andi Azis

Sementara itu, di Sulawesi Selatan, Andi Azis muncul sebagai pemimpin perang gerilya melawan Belanda. Dianggap sebagai pejuang kemerdekaan, perjuangan Andi Azis berbasis pada pengalaman lokal ketidakpuasan dengan cara Belanda memerintah. Ia menggerakkan sekelompok pejuang lokal untuk melawan kekuatan penjajahan dan menuntut kemerdekaan.

Keterkaitan Kedua Gerakan

Munculnya kedua gerakan tersebut memiliki keterkaitan erat dengan era kolonial Belanda. Meski beroperasi di wilayah yang berbeda, tujuan kedua gerakan ini sama: mereka berjuang untuk merdeka dari penjajahan Belanda dan mengakhiri eksploitasi dan penindasan. Mereka tidak hanya menginginkan kemerdekaan dalam kerangka teoretis, tetapi mereka menginginkan implementasi nyata dari demokrasi dan keadilan sosial.

Gerakan ini menunjukkan bahwa even setelah proklamasi kemerdekaan, perjuangan melawan kekuatan kolonial Belanda belum selesai. Figur seperti Westerling dan Andi Azis menjadi simbol perlawanan populer terhadap kekuatan lama Belanda dan memberi sinyal jelas bahwa perjuangan untuk kemerdekaan, demokrasi, dan keadilan sosial belum selesai. Gerakan mereka tetap relevan hingga hari ini, mengingatkan kita bahwa kemerdekaan adalah bukan hanya slogan, tetapi harus diperjuangkan dan dijaga dengan sungguh-sungguh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *