Ilmu

Mustahil Allah Bersifat Abkam Atau Yang Maha Bisu Karena Allah Bersifat

×

Mustahil Allah Bersifat Abkam Atau Yang Maha Bisu Karena Allah Bersifat

Sebarkan artikel ini

Dalam memahami konsep Tuhan dalam Islam, kita berpegang pada Asmaul Husna atau Nama-nama Allah yang indah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Konsep-konsep ini mencakup gambaran Tuhan sebagai yang Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Namun, apakah benar-benar mustahil untuk menganggap bahwa Allah bersifat ‘Abkam’ atau bahkan menjadi ‘Yang Maha Bisu’?

Apakah ‘Abkam’ dan Sifat-Sifat Allah?

Ketika kita berbicara tentang sifat-sifat Allah, kita merujuk pada karakteristik Allah yang telah disebutkan secara eksplisit dalam wahyu-Nya, yaitu Al-Quran dan Hadis. Yang pasti, setiap sifat yang disebutkan adalah penjelasan tentang esensi-Nya yang hakiki, tidak bisa dibandingkan dengan ciptaan-Nya, dan sepenuhnya memahami sifat-sifat ini adalah di luar kemampuan manusia.

‘Abkam’, di sisi lain, dalam pengertian bahasa adalah bisu atau tidak mampu berbicara. Dalam konteks Tuhan, hal ini menunjukkan konsep bahwa Dia tidak mampu berkomunikasi atau menyampaikan wahyu-Nya. Tapi, apakah benar-benar mustahil untuk menganggap bahwa Allah bersifat ‘Abkam’ atau bahkan menjadi ‘Yang Maha Bisu’?

Kenapa Allah Tidak Bisa Bersifat ‘Abkam’?

Pertama, penting untuk memahami bahwa Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Penyampaikan pesan. Dia berbicara kepada para nabi dan rasul-Nya melalui wahyu dan inspirasi. Sebagai contoh, Dia berbicara kepada Nabi Musa AS secara langsung di Gunung Sinai. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah berkomunikasi dan oleh karena itu, Dia tidak bisa ‘Abkam’ atau bisu.

Kedua, Al-Quran sendiri adalah bukti bahwa Allah tidak ‘Abkam’. Al-Quran adalah kata-kata Allah, yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Dalam banyak ayat Al-Quran, Allah menggunakan kata “Kami” ketika berbicara, menunjukkan bahwa Dia berkomunikasi dengan ciptaan-Nya.

Ketiga, identifikasi Allah dengan sifat ‘Abkam’ bertentangan dengan aspek ketauhidan dalam Islam. Mendefinisikan Allah dengan cara yang sama dengan ciptaan-Nya adalah syirik, yang berarti membuat sebanding Tuhan dengan ciptaan-Nya.

Jadi, Jawabannya Apa?

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa tidak mungkin Allah bersifat ‘Abkam’ atau Yang Maha Bisu. Allah tidak hanya memiliki kemampuan untuk berbicara, tetapi juga telah berkomunikasi dengan ciptaan-Nya melalui Nabi-Nya, membuktikan bahwa Dia bukanlah ‘Abkam’. Allah memiliki sifat yang layak bagi keagungan-Nya dan tidak ada satu pun yang tidak sesuai dengan esensi-Nya sebagai Maha Pencipta dan Tuhan Semesta Alam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *