Sekolah

Novel Karya Armijn Pane dengan Tebal 150 Halaman Ini Mengungkapkan Sejarah yang Menggambarkan Kehidupan Segelintir Manusia di Zaman Penjajahan: Frasa yang Tepat untuk Melengkapi Paragraf Ini

×

Novel Karya Armijn Pane dengan Tebal 150 Halaman Ini Mengungkapkan Sejarah yang Menggambarkan Kehidupan Segelintir Manusia di Zaman Penjajahan: Frasa yang Tepat untuk Melengkapi Paragraf Ini

Sebarkan artikel ini

Novel berpraktis sejarah karya seorang penulis Indonesia terkenal, Armijn Pane, membangkitkan berbagai emosi dan reaksi dalam hati pembacanya. Dengan tebal 150 halaman, novel ini berfokus pada kehidupan sekelompok orang Indonesia di zaman penjajahan Belanda, menggambarkan penindasan dan perjuangan mereka. Meskipun novel ini pernah ditolak oleh Balai Pustaka, penerbitan pemerintah kolonial, terlepas dari itu, telah meraih popularitas dan pengakuan luas, serta transformasi menjadi salah satu karya klasik Indonesia.

Selain itu, novel ini juga telah diterima dengan baik oleh orang terpelajar di Indonesia, terlepas dari beberapa kritik yang miring. Apa yang membuat novel ini begitu khas dan berkesan, adalah penulisannya yang sederhana dan komunikatif untuk ukuran masa itu. Sebaliknya, novel ini begitu mudah diakses oleh beragam pembaca, tidak membatasi hanya untuk kelas terpelajar.

Dalam menggunakan bahasa yang terpelihara dan puitis, Armijn Pane membawa kita ke dalam cerita tokoh-tokohnya, yang masing-masing terperangkap dalam berbagai masalah kejiwaan dalam rumah tangga mereka. Ada elemen empati dan pengenalan diri di sini, dengan pembaca seringkali menemukan cermin diri mereka dalam dilema dan pertarungan batin tokoh-tokoh tersebut.

Melanjutkan frasa pada akhir paragraf, yang cocok untuk melengkapi paragraf tersebut adalah “indah namun tragis”. Ini merujuk pada cara Armijn Pane membongkar kehidupan rumah tangga tokoh-tokohnya, masing-masing dengan masalah kejiwaan pribadi mereka. Hidup di dalam rumah tangga yang terlihat sempurna dan damai di luar namun penuh dengan kesulitan dan pertarungan batin di dalam.

Secara keseluruhan, karya ini adalah potret kehidupan sosial dan emosional orang Indonesia di bawah penjajahan Belanda, yang dibingkai dengan indah dalam kata-kata oleh Armijn Pane. Meskipun ditempati dalam sejarah, cerita dan karakternya tetap relevan dan menyentuh hingga hari ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *