Sebagai salah satu periode penting dalam sejarah Islam, masa kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan memainkan peran vital dalam bentuk dan arah Islam. Salah satu peristiwa signifikan dalam masa ini adalah pengangkatan Marwan bin Hakam dalam pemerintahan Khalifah Usman bin Affan.
Konteks Sejarah
Sebelum kita masuk ke detail pengangkatan Marwan bin Hakam, penting untuk memahami konteks sejarah di mana kejadian ini berlangsung. Usman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam Khulafa al-Rashidun (Empat Khalifah Pembimbing) setelah kematian Umar bin Khattab. Dia memerintah dari tahun 644 hingga 656 M, periode yang dicirikan oleh sejumlah perubahan dan konflik.
Marwan bin Hakam adalah anggota dari keluarga Bani Umayyad dan merupakan keponakan dari Khalifah Usman bin Affan. Selama pemerintahan Usman, Marwan bin Hakam menduduki berbagai posisi penting dan berpengaruh di pemerintahan.
Peran Marwan bin Hakam
Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Marwan bin Hakam diangkat sebagai sekretaris pribadi Khalifah. Marwan memiliki peran utama dalam penulisan surat dan dokumen resmi, serta pengambilan keputusan yang berpengaruh pada masa pemerintahan Khalifah Usman.
Meski beberapa pandangan sejarawan berbeda terkait peran dan pengaruh Marwan bin Hakam, tidak dapat dipungkiri bahwa dia memiliki peran dalam urusan pemerintahan pada masa itu. Sekretaris pribadi Khalifah adalah jabatan penting dan mempengaruhi berbagai keputusan penting dalam pemerintahan.
Marwan memanfaatkan posisi ini untuk memperluas pengaruhnya di pemerintahan dan berkontribusi pada kebijakan dan pengambilan keputusan. Provokatif untuk beberapa, sekretaris pribadi Usman ini kemudian menjadi pimpinan dinasti Bani Umayyad pada tahun 684 M setelah pembunuhan Usman bin Affan dan menjadi khalifah Umayyad pertama di Damaskus.
Kesimpulan
Jadi, dalam masa khalifah Usman bin Affan, Marwan bin Hakam diangkat sebagai sekretaris pribadi. Meskipun ini mungkin tampak seperti posisi birokratis, di sini, jabatan ini jauh lebih penting dan berpengaruh. Marwan memanfaatkan posisi ini untuk mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan di kalangan elit pemerintahan, yang pada akhirnya membantu membentuk sejarah Islam sesudahnya.