PT XYZ, sebuah perusahaan industri ternama pada tanggal 1 Oktober 2021, melakukan impor persediaan senilai ¥2.000.000. Langkah strategis ini diambil dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas produksi perusahaan bagi keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Impor persediaan dari luar negeri, khususnya dengan mata uang asing seperti Yen, melibatkan risiko nilai tukar. Olebih itu, PT XYZ memutuskan untuk melindungi diri mereka dari potensi fluktuasi nilai tukar dengan cara menandatangani kontrak forward.
Kontrak forward adalah perjanjian antara dua pihak untuk membeli atau menjual aset dengan harga yang telah ditentukan dan akan dilaksanakan pada suatu waktu yang telah ditentukan di masa depan. Dalam konteks ini, PT XYZ menandatangani kontrak forward untuk menerima Yen dalam jangka waktu 180 hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamankan nilai transaksi dan menghindari risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
Dengan penandatanganan kontrak forward ini, PT XYZ mengamankan nilai tukar senilai ¥2.000.000 di masa depan. Hal ini berarti bahwa perusahaan memiliki kepastian berapa jumlah Yen yang akan mereka terima pada hari ke-180, tidak peduli apa yang terjadi dengan nilai tukar di pasar bebas. Ini, tanpa diragukan lagi, memberikan kestabilan finansial dan menjamin likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.
Kebijakan manajemen risiko seperti ini sangat penting dalam bisnis modern, terlebih lagi bagi perusahaan besar seperti PT XYZ yang memiliki transaksi internasional. Dengan menggunakan kontrak forward, mereka dengan efektif dapat ‘mengunci’ nilai tukar dan melindungi diri dari volatilitas pasar mata uang asing.
Jadi, jawabannya apa? Langkah PT XYZ dalam mengimpor persediaan dan menandatangani kontrak forward merupakan strategi pengelolaan risiko yang cerdas. Ini menunjukkan betapa pentingnya bagi perusahaan untuk memahami dan menjaga diri dari potensi risiko dalam transaksi internasional. Ini juga menyoroti pentingnya perjanjian forward dalam manajemen risiko mata uang asing.
