Unsur transisi termasuk kategori elemen kimia yang begitu unik. Para ilmuwan membuat penemuan menakjubkan dan konsisten ketika mereka menemukan bahwa unsur-unsur transisi pada umumnya bersifat paramagnetik. Fenomena paramagnetisme adalah fenomena yang ditandai dengan kecenderungan suatu benda untuk menjadi magnet ketika didekatkan dengan magnet lain. Penjelasan ilmiah ini cukup sederhana: paramagnetisme terjadi karena keberadaan pasangan elektron yang belum dipasangkan dalam atom.
Unsur Transisi Dan Karakteristiknya
Unsur transisi ialah bagian dari klasifikasi unsur yang menempati blok D pada tabel periodik unsur. Elemen ini mendapatkan ciri khasnya dari konfigurasi elektron, dimana elektron dalam orbital bergaris gelombang d dapat diisi dengan satu sampai dengan sepuluh elektron. Beberapa unsur yang termasuk dalam unsur transisi adalah tembaga (Cu), emas (Au), besi (Fe), dan nikel (Ni).
Unsur-unsur ini umumnya memiliki sifat seperti konduktivitas termal dan elektrik yang tinggi, serta kecenderungan untuk membentuk senyawa kompleks. Yang paling mengejutkan dari semua karakteristik ini adalah banyak unsur transisi yang bersifat paramagnetik.
Paramagnetisme Pada Unsur Transisi
Perilaku paramagnetik unsur-unsur transisi dapat dijelaskan oleh konfigurasi elektron dalam atom mereka. Dalam atom, elektron bergerak dalam jalur yang dinamakan orbital. Setiap orbital bisa berisi maksimal dua elektron, dan ketika sebuah orbital diisi dengan dua elektron, elektron-elektron tersebut harus memiliki spin berlawanan.
Adanya elektron yang belum dipasangkan (unpaired electron) di unsur transisi menjadi penyebab fenomena paramagnetisme. Keberadaan elektron ini membuat atom-atom menyorb (menampilkan respons magnetik terhadap) medan magnet. Semakin banyak elektron yang belum dipasangkan dalam sebuah unsur, semakin kuat paramagnetismenya.
Contoh sederhana adalah unsur besi (Fe). Dalam keadaan tak terikat, besi memiliki empat elektron orbital 3d yang belum dipasangkan, menjadikannya sangat paramagnetik. Dalam aplikasi sehari-hari, inilah yang menjadi dasar kerja magnet dan banyak perangkat berbasis magnetis lainnya.
Kesimpulan
Unsur transisi pada umumnya bersifat paramagnetik, dan ini disebabkan oleh keberadaan pasangan elektron yang belum dipasangkan dalam orbital atom mereka. Fenomena ini menjadi dasar dari berbagai aplikasi teknologi, termasuk perancangan magnet dan perangkat magnetis lainnya. Jadi, jawabannya apa? Elektron yang belum dipasangkan atau “unpaired electrons” dalam unsur transisi adalah jawaban atas paramagnetisme dalam unsur-unsur tersebut.