Ilmu

Pada Zaman Penjajahan, Pemerintah Hindia Belanda Membangun Sekolah-sekolah yang Berbeda untuk Keturunan Belanda dan Kaum Pribumi: Penghambat Mobilitas Sosial

×

Pada Zaman Penjajahan, Pemerintah Hindia Belanda Membangun Sekolah-sekolah yang Berbeda untuk Keturunan Belanda dan Kaum Pribumi: Penghambat Mobilitas Sosial

Sebarkan artikel ini

Dalam sejarah pendidikan Indonesia, sistem dualistis yang dipraktikkan oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi bagian gelap dalam peningkatan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. Penjajahan Belanda yang berlangsung selama tiga abad mendirikan sekolah-sekolah yang berbeda untuk keturunan Belanda dan kaum pribumi. Praktek pendidikan apartheid ini tidak hanya mengekang kaum pribumi, namun juga menjadi penghambat dalam terjadinya mobilitas sosial.

Pendekatan Dualistik

Pendekatan pendidikan dualistik, yaitu pendekatan yang membedakan pendidikan atas dasar ras eksklusif, menjadi prinsip pokok yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekolah-sekolah yang ditujukan kepada keturunan Belanda langsung mendapatkan pendanaan dan perhatian yang lebih besar. Sebaliknya, pendidikan untuk kaum pribumi ditandai oleh minimnya fasilitas dan kurikulum yang tidak sebanding.

Implikasi Sosial

Dampak negatif dari pendekatan beliau ini sangat jelas terlihat dalam struktur sosial masyarakat di Indonesia. Dengan membatasi akses pendidikan kepada kaum pribumi, penjajahan Belanda dengan tegas membatasi struktur mobilitas sosial. Hal ini menciptakan jurang pemisah antara keturunan Belanda dan kaum pribumi, di mana keturunan Belanda berada di partai atas dan kaum pribumi tegantung dibawah.

Hal ini juga mempengaruhi pola pikir dan persepsi masyarakat Indonesia terhadap pendidikan dan kesempatan yang dimiliki. Kaum pribumi kerap merasa diri mereka ‘kurang’ dibandingkan dengan keturunan Belanda. Kondisi tersebut berlangsung bahkan setelah Belanda meninggalkan Indonesia.

Menyongsong Masa Depan

Meski penjajahan telah berakhir beberapa dekade yang lalu, dampak dari politik pendidikan apartheid ini masih terasa hingga hari ini. Untuk menghilangkan hambatan ini, perlu ada kesadaran collective untuk membuka akses pendidikan yang sama bagi semua orang, tanpa memandang ras atau latar belakang.

Pendidikan yang berkualitas dan universal membentuk fondasi bagi masyarakat yang adil dan merata. Memahami sejarah pendidikan ini penting sebagai tandan bahwa discriminasi dalam bentuk apa pun tidak bisa dibenarkan, dan bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap individu yang harus dipastikan oleh pemerintah.

Pada akhirnya, apa yang terjadi pada zaman penjajahan harus menjadi pelajaran bagi kita untuk terus berusaha menciptakan pendidikan yang merata demi pembangunan sebuah bangsa yang adil dan beradab.

Kesimpulan

Sejarah pendidikan di Indonesia saat penjajahan Belanda memperlihatkan bahwa pendidikan berbasis ras dapat berpengaruh negatif terhadap mobilitas sosial. Maka dari itu, penting bagi kita sebagai bangsa untuk merespons dan beradaptasi dengan kegagalan masa lalu ini, dan menciptakan sistem pendidikan yang merata dan adil untuk semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *