Pembangkit listrik energi uap yang dihasilkan oleh reaktor nuklir untuk memutarkan turbin uap disebut pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kendati demikian, untuk menjawab pertanyaan tersebut secara utuh dan detail, perlu dipahami dulu mengenai proses kerjanya.
Pengertian PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir merupakan salah satu bentuk penerapan teknologi nuklir untuk menghasilkan listrik. Proses kerja PLTN dimulai dari pembangkitan energi termal melalui proses fisi nuklir di dalam reaktor. Energi termal ini kemudian dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap, yang selanjutnya digunakan untuk memutar turbin dan rotor generator sehingga listrik berhasil dihasilkan.
Proses Kerja PLTN
-
Proses Fisi Nuklir
Proses kerja PLTN dimulai dari proses fisi nuklir. Fisi nuklir adalah proses pemecahan atom yang menghasilkan energi besar. Di dalam reaktor nuklir, unsur radioaktif seperti Uranium-235 atau Plutonium-239 dipecah menjadi atom-atom lebih kecil. Proses pemecahan ini melepaskan energi dalam bentuk panas serta neutron yang digunakan untuk memecah atom lain, sehingga tercipta reaksi berantai.
-
Pembangkitan Uap
Energi panas hasil fisi nuklir digunakan untuk menghasilkan uap. Air dipompakan melalui pipa di reaktor dan dipanaskan oleh energi dari reaksi fisi sampai berubah menjadi uap. Perubahan fase ini terjadi dalam suatu bejana bertekanan tinggi yang disebut steam generator.
-
Memutar Turbin dan Generator
Uap yang dihasilkan kemudian digunakan untuk memutar turbin. Turbin ini dihubungkan dengan rotor pada generator. Ketika turbin berputar, rotor juga ikut memutar medan magnet di dalam generator, yang menciptakan aliran listrik.
Proses diatas menjelaskan bahwa pembangkit listrik energi uap yang dihasilkan oleh reaktor nuklir untuk memutarkan turbin uap disebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Teknologi ini menjadi pilihan bagi beberapa negara yang membutuhkan pasokan listrik besar dengan bahan bakar yang efisien, meskipun pengendalian dan pengelolaannya perlu pengetahuan dan keahlian khusus serta pertimbangan serius atas risiko radiasi nuklir yang mungkin terjadi.