Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara, sering kali menghadapi berbagai tantangan dan konflik selama periode kejayaannya. Salah satu periode paling kritis dalam sejarah kerajaan ini adalah masa pemerintahan Jayanegara, sang raja kedua Majapahit, yang berkuasa dari tahun 1309 hingga 1328. Ada tiga pemberontakan utama yang terjadi saat itu, membagi masa kekuasaan Jayanegara menjadi masa penuh gejolak. Namun, di antara semua pemberontakan tersebut, yang paling membahayakan bagi keberlangsungan kerajaan adalah pemberontakan Kuti.
Pemberontakan Kuti berlangsung pada tahun 1319. Kuti, seorang petinggi kerajaan, berhasil melancarkan pemberontakan yang mengguncang stabilitas kerajaan Majapahit. Pemberontakan ini dikenal sebagai salah satu pemberontakan paling berbahaya dalam sejarah Majapahit karena hampir menggulingkan Jayanegara dari takhtanya.
Pemberontakan Kuti dimulai sebagai aksi penentangan terhadap gaya kepemimpinan Jayanegara, yang dituduh tiran dan penganiaya. Kemudian, pemberontakan ini berubah menjadi sebuah upaya perebutan kekuasaan oleh Kuti. Puncak dari pemberontakan ini adalah saat pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, dan Jayanegara terpaksa melarikan diri.
Namun, melalui dukungan dari Gajah Mada, seorang patih yang loyal, dan kegigihan pasukan kerajaan, Jayanegara berhasil memadamkan pemberontakan dan menjatuhkan hukuman mati kepada Kuti. Pemberontakan ini membuktikan betapa sulitnya mempertahankan sebuah kerajaan yang luas dan beragam seperti Majapahit.
Meskipun begitu, pemberontakan ini juga menegaskan kekuatan dan kestabilan kerajaan Majapahit. Walaupun menghadapi pemberontakan yang nyaris meruntuhkan kerajaan, Majapahit berhasil bertahan dan melanjutkan masa kejayaannya. Pemberontakan ini juga menjadi momen penting dalam sejarah Majapahit, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya loyalti, persatuan, dan kepemimpinan kuat dalam melewati masa-masa sulit.
Pemberontakan Kuti adalah salah satu contoh bagaimana kekuasaan, ketidakpuasan, dan ambisi dapat mengancam stabilitas sebuah kerajaan. Namun, melalui kejadian ini pula, Majapahit membuktikan diri sebagai kerajaan yang mampu melewati berbagai cobaan dan tetap berdiri kokoh di tengah gejolak dan tantangan.