Daulah Usmani atau yang dikenal juga dengan Kesultanan Utsmaniyah merupakan salah satu imperium terbesar dan berpengaruh di dunia pada masa kejayaannya, yang mampu bertahan selama lebih dari enam abad. Pada tahap akhir eksistensinya, sebelum berubah menjadi negara sekuler dalam bentuk Republik Turki modern yang kita kenal saat ini, Daulah Usmani dipimpin oleh seorang pemimpin atau Sultan yang bernama Mehmed VI.
Mehmed VI: Pemimpin Terakhir Daulah Usmani
Mehmed VI (1861-1926) berkuasa sebagai Sultan Utsmaniyah dari 4 Juli 1918 hingga 1 November 1922. Dia adalah anggota terakhir dari Dinasti Osmanli yang bertakhta di Istanbul. Pemerintahannya berlangsung selama masa Perang Dunia I dan periode pasca perang, yang ditandai oleh keruntuhan Kesultanan Utsmaniyah dan pendirian Republik Turki.
Masa Kepemimpinan Mehmed VI
Mehmed VI ascend ke tahta pada saat kondisi politik dan militer Daulah Usmani sangat genting. Perang Dunia I telah memberikan tekanan besar pada imperium tersebut, dengan sekutu-sekutu utamanya pada poros Central Powers kalah dalam perang dan wilayah Utsmaniyah sendiri menderita kerusakan yang signifikan.
Tidak lama setelah Mehmed VI naik tahta, Daulah Usmani secara resmi menyerah kepada Sekutu pada bulan Oktober 1918. Kesultanan kemudian diduduki oleh pasukan Sekutu, dan berbagai kelompok nasionalis di berbagai wilayah imperium mulai menuntut kemerdekaan.
Turunnya Mehmed VI dan Pendirian Republik Turki
Revolusi Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk menyebabkan Mehmed VI dipaksa untuk turun dari tahta pada 1 November 1922. Ini efektif mengakhiri Daulah Usmani dan memulai pembentukan Republik Turki, yang merupakan negara sekuler yang kita kenal saat ini.
Mehmed VI meninggalkan Istanbul dan mengasingkan diri ke San Remo, Italia, dimana ia meninggal pada 16 Mei 1926. Meskipun waktu kekuasaannya ditandai oleh kejatuhan Daulah Usmani, peran Mehmed VI sebagai Sultan terakhir dari salah satu imperium terbesar dan berpengaruh di dunia selalu dicatat dalam sejarah.
Kesimpulan
Mehmed VI, pemimpin terakhir Daulah Usmani sebelum berganti menjadi negara sekuler, memimpin dalam masa yang sulit, di tengah kejatuhan dan perubahan besar. Meskipun pemerintahannya penuh tantangan dan kekalahan, peninggalannya sebagai Sultan terakhir dalam Dinasti Osmanli tetap merupakan bagian penting dari sejarah Kesultanan Utsmaniyah dan Republik Turki modern.