Akhlak tasawuf adalah keadaan jiwa yang dihasilkan dari latihan spiritual, pemikiran yang mendalam dan perilaku sehari-hari yang diatur oleh ajaran-ajaran sufi. Konsep ini berfokus pada sikap internal manusia dibandingkan tindakan eksternal. Untuk lebih memahaminya, mari kita tinjau pengertian akhlak tasawuf secara etimologi dan terminologi.
Pengertian Etimologi
Secara etimologi, akhlak tasawuf berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu ‘akhlak’ dan ‘tasawuf’. ‘Akhlak’ dapat diartikan sebagai watak, sifat, atau perilaku. Kata ini merujuk kepada sikap dan nilai yang dihadirkan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain dan dunianya.
Sedangkan ‘tasawuf’ merujuk pada perjalanan spiritual dan ajaran-ajaran seseorang dalam menjalani kehidupannya. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang realitas ilahi dan perannya dalam kehidupan.
Pengertian Terminologi
Dalam kaidah tasawuf, pengertian akhlak adalah perwujudan diri seorang sufi yang telah mencapai maqam tertinggi, yaitu maqam Insan Kamil (manusia sempurna). Di sini, akhlak berarti sifat dan sikap yang mewakili kemurnian jiwa, yang didasari oleh tuntunan agama dan petunjuk Tuhan.
Sedangkan tasawuf merujuk pada tradisi mistis dalam Islam yang berfokus pada pencarian kesadaran spiritual dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan Allah. Tasawuf dikenal juga dengan sebutan sufisme, sebuah tradisi spiritual yang lebih menekankan pada aspek esensial dan batiniah dari agama.
Jadi, akhlak tasawuf secara etimologi dan terminologi bisa diartikan sebagai manifestasi dari sifat-sifat suci yang dipraktikkan oleh seorang sufi dalam perjuangan spiritualnya—baik dalam sikap terhadap diri sendiri, orang lain, maupun terhadap penciptanya. Akhlak tasawuf bukanlah hanya tentang sikap yang baik dan buruk, tetapi juga bagaimana sikap tersebut dipergunakan untuk mencapai kesempurnaan dalam berhubungan dengan Allah dan ciptaan-Nya.
Jadi, jawabannya apa? Akhlak tasawuf adalah manifestasi perilaku dan sikap spiritual sufi yang mencerminkan perjalanan spiritual mereka menuju pemahaman yang lebih dalam tentang esensi diri dan hubungan mereka dengan Tuhan dan dunia. Pemahaman ini bukan hanya berdampak pada perilaku mereka, tetapi juga mengarahkan mereka ke tujuan spiritual mereka yaitu menjadi manusia yang sempurna atau Insan Kamil.
