Mendel adalah ahli genetika yang dikenal melalui penemuan hukumnya. Hukum Mendel sering digunakan untuk menjelaskan pewarisan sifat genetik dari induk ke keturunan. Meskipun begitu, ada beberapa kasus yang tampaknya menyimpang atau terlihat melanggar hukum Mendel. Kasus ini sering dirujuk sebagai ‘penyimpangan semu’ hukum Mendel.
Alih-Alih Mendel, Mengapa Penyimpangan Semu?
Penyimpangan semu hukum Mendel ini bukanlah kesalahan dalam hukum tersebut, melainkan sebuah tambahan atau pengecualian berdasarkan kasus tertentu. Munculnya sifat baru pada keturunan generasi F1 dan F2 adalah contoh dari penyimpangan semu ini. Ini bukan berarti hukum Mendel tidak berlaku, tetapi fenomena ini menjadi luar biasa karena dapat memberikan kontribusi terhadap keberagaman genetik.
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semunya
Sebelum kita membicarakan tentang penyimpangan semu, alangkah baiknya kita pahami dulu tentang hukum Mendel. Ada dua hukum Mendel. Pertama, hukum segregasi yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki dua alel untuk setiap sifat dan bahwa alel ini dipisahkan selama pembentukan gamet. Kedua, hukum independen asortasi, yaitu alel dari gen yang berbeda dipisahkan secara independen satu sama lain selama pembentukan gamet.
Penyimpangan semu hukum Mendel sering terjadi karena beberapa faktor, seperti dominansi tidak lengkap, kodominansi, dan interaksi gen. Munculnya sifat baru pada generasi F1 dan F2 sering kali dikaitkan dengan interaksi gen, di mana beberapa gen berinteraksi untuk menghasilkan fenotip tertentu.
Pemahaman Mengenai Sifat Baru dan Perbandingan Fenotip pada F1 dan F2
Pada kasus interaksi gen, sifat baru yang muncul pada generasi F1 dan F2 adalah hasil dari interaksi antara dua atau lebih gen. Misalnya, pada kasus ayam Andalusia di mana kombinasi dua gen, satu gen untuk pewarnaan hitam dan satu gen untuk pewarnaan biru, menghasilkan fenotip biru pada generasi F1.
Namun, perbandingan fenotipnya tetap mengikuti proporsi Mendelian. Artinya, meski memperlihatkan sifat baru, generasi F2 (ketika individu F1 dikawinkan dengan sesamanya) akan memiliki perbandingan fenotip 9:3:3:1, jika interaksi gen tersebut adalah tipe epistatis resesif (satu gen menghambat ekspresi gen lain).
Dengan demikian, disebut sebagai penyimpangan semu karena meskipun tampaknya melanggar hukum Mendel, fenotipe yang muncul dan perbandingannya tetap mengikuti hukum Mendel. Jadi, memahami dan belajar tentang penyimpangan semu ini penting untuk memahami keragaman genetik dalam alam.
Kesimpulan
Penyimpangan semu hukum Mendel adalah fenomena genetik di mana tampaknya tidak mengikuti hukum Mendel, namun sebenarnya masih di dalam batas hukum tersebut. Fenomena ini menjadi penting dalam ilmu genetik karena berkontribusi terhadap keragaman genetik dan memahami kerumitan pola pewarisan sifat.