Orde Baru merupakan era dalam sejarah politik Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun, mulai tahun 1966 hingga 1998. Berbagai penyimpangan terjadi di berbagai bidang selama periode itu, salah satunya adalah penyimpangan terhadap konstitusi. Berikut beberapa contohnya:
Penyeragaman Partai Politik (Fusi)
Salah satu bentuk penyimpangan terhadap konstitusi pada era Orde Baru adalah penyeragaman partai politik, atau biasa dikenal dengan Fusi. Pada tahun 1973, pemerintah Orde Baru memaksa seluruh partai politik untuk melebur menjadi tiga partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal ini bertentangan dengan pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mengeluarkan pendapat dan menentukan pilihannya dalam pemilihan umum.
Pemilu Orde Baru
Pemilihan umum (Pemilu) selama era Orde Baru juga mengalami penyimpangan terhadap konstitusi. Pemilu yang semestinya menjadi sarana bagi rakyat untuk menentukan pilihan politiknya justru menjadi sarana bagi penguasa untuk mempertahankan kekuasaan. Pemilu selama Orde Baru tidak mencerminkan pemilu yang adil dan jujur, melainkan penuh dengan intervensi dan manipulasi dari penguasa.
Penyalahgunaan Wewenang
Penyalahgunaan wewenang oleh Soeharto dan kroni-kroninya adalah bentuk nyata lainnya dari penyimpangan terhadap konstitusi. Banyak terjadi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Ini secara langsung melanggar pasal 33 UUD 1945, bagian kedua dan ketiga yang menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pembatasan Kemerdekaan Pers
Pembatasan kebebasan pers juga menjadi salah satu bentuk penyimpangan konstitusi oleh rezim Orde Baru. Sejumlah media yang kritis terhadap pemerintah sering mendapatkan tekanan dan ancaman. Kebebasan pers yang dijamin oleh pasal 28F UUD 1945 menjadi tidak berarti pada era ini.
Kesimpulan
Penyimpangan terhadap konstitusi pada masa Orde Baru meliputi penyeragaman partai politik, pemilu yang tidak jujur, penyalahgunaan wewenang, serta pembatasan kebebasan pers. Penyimpangan-penyimpangan ini menunjukkan bahwa kekuasaan negara digunakan bukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, melainkan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Jadi, jawabannya apa? Rentetan peristiwa di atas menunjukkan bahwa terdapat berbagai penyimpangan terhadap konstitusi yang terjadi pada masa Orde Baru. Sebuah pelajaran berharga bagi kita agar senantiasa menjaga negara ini agar tetap berlandaskan pada konstitusi dan prinsip-prinsip demokrasi.