Peribahasa adalah kekayaan budaya yang melambangkan pesan moral, kebijaksanaan dan filosofi hidup suatu masyarakat. “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” adalah peribahasa yang populer dan seringkali didengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia, khususnya di Sumatra Barat. Peribahasa ini memiliki makna mendalam: bahwa di manapun kita berada, kita harus selalu menghargai dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat, norma dan hukum yang berlaku di tempat tersebut.
Semangat Lokal dalam Konteks Global
Dalam konteks globalisasi saat ini, peribahasa ini menjadi semakin relevan. Mobilitas individu dari satu tempat ke tempat lain sangatlah tinggi, baik untuk bekerja, belajar, maupun tinggal. Dalam situasi ini, menghargai dan menyesuaikan diri dengan budaya setempat adalah suatu keharusan, agar kita dapat hidup berdampingan dengan masyarakat setempat secara harmonis dan damai.
Apalagi dalam era digital dan teknologi informasi saat ini, dimana “dunia tanpa batas” menjadi kenyataan, pemahaman tentang menghargai dan menyesuaikan diri dengan budaya dan norma lokal tempat kita berada menjadi semakin penting.
Penyesuaian Budaya: Suatu Kewajiban dan Penghargaan
Melakukan penyesuaian budaya bukan hanya merupakan suatu kewajiban, namun juga merupakan bentuk penghargaan kita terhadap masyarakat tempat kita berada. Dengan menghargai dan mendukung adat istiadat lokal, kita menunjukkan bahwa kita menghargai keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki oleh tempat tersebut.
Adapun menyesuaikan diri dengan norma dan hukum setempat, termasuk hukum formal (seperti hukum yang digariskan oleh pemerintah) dan hukum informal (seperti adat dan tradisi setempat). Penghormatan terhadap kedua bentuk hukum ini menunjukkan sikap kita sebagai individu yang beradab dan bertanggung jawab.
Kesimpulan
Peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” adalah warisan budaya dari Sumatra Barat yang mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta hukum setempat dimanapun kita berada. Dalam konteks globalisasi dan mobilitas individu yang semakin tinggi, pemahaman dan penerapan peribahasa ini menjadi semakin relevan dan penting.