Pepatah sering digunakan dalam masyarakat kita untuk berkomunikasi dengan makna yang lebih dalam dari kata-kata biasa. Seringkali, pepatah dapat menggambarkan situasi dengan langkah mengagumkan. Salah satu contoh notable dari kearifan lokal kita adalah peribahasa, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak”. Kita akan membahas lebih dalam makna dan aplikasi dari peribahasa ini dalam kehidupan sehari-hari.
Makna Peribahasa
Peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak” memiliki makna yang dalam dan berlapis. ‘Gajah’ dan ‘semut’ dalam konteks ini berfungsi sebagai simbol, sedangkan ‘pelupuk mata’ dan ‘seberang lautan’ membantu dalam menjelaskan posisi dan persepsi subjek.
Secara harfiah, peribahasa itu adalah pernyataan paroksista tentang bagaimana seseorang tidak bisa melihat gajah yang benar-benar berada dekat dengan mereka (di pelupuk mata mereka), tetapi mereka bisa melihat semut yang sangat jauh (di seberang lautan). Ini tentu saja tidak mungkin secara fisik, tapi peribahasa ini berbicara tentang metafora yang lebih dalam dan bukan realitas fisik.
Secara metaforis, peribahasa ini biasanya merujuk kepada orang-orang yang tidak mampu melihat kesalahan besar yang mereka lakukan atau masalah besar di depan mata mereka, namun mereka sangat pandai dalam menemukan dan mengecam kesalahan kecil oleh orang lain yang jauh.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Peribahasa ini sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks hubungan pribadi, kerap kali kita melihat orang lain dengan sangat kritis dan cepat menemukan kesalahan mereka. Namun, saat menyangkut diri kita sendiri, kita seringkali mengabaikan atau bahkan menyangkal keberadaan kesalahan dan masalah yang jelas ada.
Hal ini juga berlaku dalam konteks sosial yang lebih luas. Misalnya, kita mungkin melihat dan mengkritik tingkah laku negatif dalam masyarakat yang jauh, sementara mengabaikan masalah serius yang ada di masyarakat kita sendiri.
Tentu saja, peribahasa ini bukanlah seruan untuk mengabaikan kesalahan orang lain. Sebaliknya, itu adalah ajakan untuk melihat lebih dekat pada diri kita sendiri, dan berusaha memperbaiki kesalahan dan masalah yang kita miliki sebelum kita dengan cepat menunjuk jari pada yang lain.
Peribahasa ini juga merupakan pengingat bahwa kita perlu berusaha lebih keras untuk melihat apa yang dekat dan jelas, sebelum kita mencoba menatap ke jauh melintasi lautan.
Kesimpulan
Sangat alamiah bagi kita sebagai manusia untuk lebih fokus pada kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri. Peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak” memberi kita pengingat yang powerful bahwa kita harus belajar untuk merenung dan memeriksa diri kita sendiri, sebelum mulai mengarahkan kritik dan tuduhan ke arah orang lain.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah belajarlah untuk melihat dan mengakui ‘gajah’ dalam hidup kita sendiri sebelum berusaha mencari ‘semut’ dalam hidup orang lain.