Andi, seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), tampaknya lebih senang menghabiskan waktunya bersama teman-temannya di luar sekolah daripada mengambil bagian dalam pendidikan formal. Perilakunya ini dapat dianggap mengkhawatirkan, yang tidak hanya berdampak pada perkembangan edukasi pribadinya, tetapi juga dapat menjadi sorotan negatif dalam masyarakat. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi perilaku semacam ini, dan salah satunya adalah kondisi peristiwa yang terjadi dalam keluarganya.
Faktor Keluarga
Kelimpahan penelitian mencatat bahwa keluarga memegang peran penting dalam pembentukan perilaku anak-anak. Keluarga memberikan lingkungan awal di mana anak-anak belajar dan mengembangkan norma-norma perilaku mereka. Jika Andi mendapatkan perhatian yang tidak adekuat, mendapatkan contoh yang tidak baik dari anggota keluarga yang lain, atau merasa tidak nyaman di lingkungan keluarganya, ia mungkin mencari dukungan dan penghargaan di tempat lain, seperti nongkrong bersama teman-temannya di luar sekolah.
Dampak terhadap Masyarakat
Perilaku Andi tidak hanya mempengaruhi perkembangan edukasi pribadinya, tetapi juga dapat menjadi perhatian bagi masyarakat. Perilaku kabur dari sekolah dan lebih senang nongkrong dapat melanggar norma sosial. Perilaku ini, ketika diamati oleh masyarakat, dapat digunakan sebagai objek perbincangan dan menimbulkan penilaian negatif seputar karakter dan disiplin Andi. Selain itu, Andi juga dapat melanggar aturan hukum, terutama apabila ia absen dari sekolah tanpa alasan yang sah.
Maka dari itu, situasi ini harus diatasi dengan baik oleh semua pihak yang veteran, termasuk keluarga dan sekolah. Upaya pencegahan dan intervensi merupakan hal yang kritis untuk membantu Andi bangkit kembali ke jalur yang benar. Semua pihak harus menunjukkan kepedulian dan memberikan dukungan sehingga Andi dapat merasa nyaman dan mendapatkan pendidikan yang layak – faktor kunci dalam meraih kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.