Budaya

Perilaku Ibu Ambar dalam Mengakui Kompetensi Murid Laki-Laki dalam Melakukan Tugas Sekretaris: Sebuah Analisis

×

Perilaku Ibu Ambar dalam Mengakui Kompetensi Murid Laki-Laki dalam Melakukan Tugas Sekretaris: Sebuah Analisis

Sebarkan artikel ini

Sejak dulu, persepsi stereotip gender telah merasuki berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam konteks pendidikan. Misalnya, dalam soal uraian ini, kita melihat contoh konkrit dari situasi demikian. Ibu Ambar, seorang guru, menyadari bahwa Andre, seorang siswa laki-laki, memiliki kemampuan yang baik dalam membuat notulensi diskusi kelas. Namun, karena Sinta, seorang siswi perempuan, adalah sekretaris kelas, Ibu Ambar tidak dapat meminta Andre untuk melakukan tugas tersebut.

Cerita ini mengungkapkan sebuah fakta bahwa seringkali tugas sekretaris diberikan kepada murid perempuan, bukan karena mereka secara inheren lebih mampu, tetapi lebih disebabkan oleh stereotip gender yang ada. Menurut stereotip ini, perempuan dianggap lebih rapi, terorganisir, dan bertanggung jawab – karakteristik yang sering dihubungkan dengan pekerjaan sekretaris. Namun, hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit dan tidak mendasar, karena pada praktiknya ada banyak murid laki-laki yang juga memiliki kemampuan yang sama baiknya, seperti Andre.

Perilaku Ibu Ambar dalam cerita ini merupakan contoh dari kesadaran gender. Ibu Ambar menyadari bahwa stereotip gender tidak dapat berlaku secara mutlak dalam penentuan pembagian tugas dalam kelasnya. Ia berpikir, mengapa selama ini, sekretaris kelas selalu diisi oleh murid perempuan. Ia melihat bahwa murid laki-laki juga dapat melakukan tugas sekretaris dengan baik, seperti Andre.

Kesadaran gender ini penting karena ia membantu mengubah pandangan-pandangan yang bias tentang jenis kelamin. Dengan memegang konsep kesadaran gender, kita dapat membantu menghapuskan stereotip gender dan mempromosikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Membuka kesempatan yang sama kepada semua murid, tanpa memandang gender mereka, dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan memberikan pengaruh yang positif terhadap kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *