Perbuatan baik dan perbuatan buruk semua berasal dari lidah, organ yang kecil tapi memiliki pengaruh yang sangat besar. Sebuah pepatah mengatakan bahwa, “lidah tak bertulang”, mengartikan betapa sulitnya untuk mengontrol lidah. Namun, bahasa adalah representasi dari pikiran dan hati seseorang. Perkataan yang baik dan meminta maaf menunjukkan karakter seorang individu. Hal ini memainkan peran yang sangat penting dalam mengukur kualitas moral seseorang.
Perkataan yang baik dan ucapan maaf secara tulus adalah cara yang lebih baik dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama dibandingkan dengan shodaqoh atau sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang tidak baik. Ini bisa berupa niat yang salah, seperti menunjukkan atau pamer, atau manipulasi yang disengaja, seperti merasa berhak atas sesuatu sebagai gantinya. Perbuatan seperti itu mengurangi nilai dan esensi sebenarnya dari shodaqoh itu sendiri. Meskipun di satu sisi shodaqoh tampak baik, namun jika dibalut dengan niat buruk, itu menjadi semacam penipuan moral.
Pada dasarnya, shodaqoh adalah tindakan niat baik dan pemberian tanpa harapan untuk mendapatkan sesuatu sebagai balasannya. Namun, jika diperlakukan sebagai alat untuk mengejar kepentingan pribadi atau mengharapkan imbalan, maka hal tersebut bukanlah shodaqoh sejati. Shodaqoh harus tulus dan tanpa pamrih, hanya sebagai bentuk ibadah dan kerelaan untuk berbagi kepada yang membutuhkan.
Terlepas dari pelajaran nilai-nilai yang bisa kita petik, inti dari pemikiran ini adalah pentingnya perkataan yang baik dan keberanian untuk meminta maaf – keduanya adalah indikator ketulusan dan penyesalan yang sejati. Keduanya mencerminkan kebesaran hati, keberanian moral dan kualitas karakter yang tak ternilai harganya.
Maka, selalu penting untuk kita mengingat bahwa perkataan yang baik dan meminta maaf itu lebih baik daripada shodaqoh yang diiringi dengan sesuatu yang tidak baik. Memimpin kehidupan yang bermoral dan beretika bukan hanya tentang melakukan perbuatan baik, tetapi juga tentang bagaimana kita berbicara dan bagaimana kita memperlakukan orang lain.
Setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi doa, bisa menjadi racun, bisa menjadi obat, semua tergantung bagaimana kita menggunakannya. Maka, mari kita gunakan kata-kata kita untuk kebaikan, untuk membangun bukan merusak, untuk menyembuhkan bukan melukai, dan untuk menyebar kasih bukan kebencian.
Referensi