Sarekat Islam adalah sebuah organisasi politik di Indonesia yang memiliki keanggotaan sangat luas pada masa kolonial Belanda. Organisasi ini memegang peran penting dalam memobilisasi masyarakat dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Namun, perpecahan yang terjadi dalam tubuh Sarekat Islam adalah sebuah babak yang amat berarti dalam sejarah Sarekat Islam dan gerakan nasionalis Indonesia pada umumnya. Berbagai faktor menyebabkan perpecahan ini.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar organisasi, yaitu pemerintahan kolonial Belanda. Belanda sadar bahwa Sarekat Islam sedang tumbuh menjadi sebuah kekuatan politik yang dapat mengancam dominasi mereka. Oleh karena itu, mereka mencoba merongrong dan memecah belah organisasi ini.
Faktor Internal
Perpecahan Sarekat Islam juga disebabkan oleh faktor-faktor internal. Salah satunya adalah adanya perbedaan pandangan antara anggota yang berhaluan moderat dengan yang berhaluan radikal.
- Kelompok Moderat: Pemimpin kelompok ini adalah H.O.S Cokroaminoto. Mereka menganut konsep perjuangan yang moderat dan berdiplomasi dengan pemerintah Belanda. Kelompok ini beranggapan bahwa perubahan dapat dicapai melalui jalur diplomasi dan dialog.
- Kelompok Radikal: Pemimpin kelompok radikal ini adalah Semaun dan Darsono. Mereka berpandangan bahwa perjuangan harus dilakukan dengan cara militan dan radikal. Mereka menerima pengaruh dari Komintern dan PKI.
Adanya perbedaan pandangan ini memunculkan konflik di antara anggota Sarekat Islam yang kemudian berujung pada perpecahan. Kelompok radikal memisahkan diri dan mendirikan organisasi sendiri yang kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kesimpulan
Perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa tekanan dan pengaruh dari pemerintahan kolonial Belanda, sedangkan faktor internal adalah adanya perbedaan pandangan antara anggota yang berhaluan moderat dan radikal dalam organisasi. Meskipun perpecahan ini kemudian melemahkan Sarekat Islam, namun juga melahirkan gerakan politik lain yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.