Dalam dunia genetika, pertanyaan mengenai warna bunga adalah contoh nyata dari apa yang kita sebut sebagai persilangan intermediet. Dalam kasus konvensional, gen dapat mendominasi satu sama lain, namun pada beberapa kasus mereka berbaur dan membentuk warna atau karakteristik yang berbeda. Ini adalah pemerhatian utama yang diperhatikan oleh Gregor Mendel, yang dikenal sebagai ‘Bapak Genetika’. Dalam kasus pertanyaan ini, kita ada dalam situasi di mana dua bunga, merah dan putih, disilangkan dan kita perlu mengetahui warna dari generasi F2.
Apa itu Persilangan Intermediet?
Sebelum kita membahas hasil yang diperoleh dari persilangan ini, penting untuk memahami apa itu persilangan intermediet. Secara singkat, persilangan intermediet adalah situasi di mana dua atribut berbeda (dalam hal ini, warna bunga merah dan putih) menghasilkan atribut baru yang merupakan perpaduan dari kedua atribut asli.
Ketika dua bunga berwarna berbeda disilangkan, seperti merah dan putih, hasilnya tergantung pada bagaimana gen dari kedua bunga tersebut bekerja sama. Jika mereka bekerja dalam bentuk dominansi penuh atau resesif, maka bunga anak bakan memiliki warna satu orang tua. Namun, dalam kasus persilangan intermediet, gen dari kedua orang tua tidak mendominasi satu sama lain, tetapi berbaur untuk membentuk karakteristik baru.
Hasil Persilangan Bunga Berwarna Merah dan Putih
Dalam teori genetika, ketika dua bunga ini disilangkan (heterozigot), bunga hasil persilangan (F1) akan berwarna pink, yang merupakan kombinasi antara merah dan putih. Ini karena gen merah dan putih sama-sama kuat dan tidak ada yang mendominasi satu sama lain.
Lalu jika F1 (pink) disilangkan kembali di antara mereka, maka generasi F2 akan melibatkan tiga warna: merah, putih, dan pink. Proporsinya akan menjadi 1:2:1. Ini berarti bahwa satu dari empat bunga tersebut akan merah, dua dari empat bunga akan pink, dan satu dari empat bunga yang lain akan putih.
Kesimpulan
Jadi, dalam kasus ini, persilangan yang bersifat intermediet antara bunga berwarna merah dan putih akan menghasilkan keturunan F2 yang berwarna merah, putih, dan pink dalam proporsi 1:2:1. Perhatikan bahwa ini berlaku dalam teori genetika klasik dan hasil yang sesungguhnya mungkin berbeda tergantung pada genetika yang lebih kompleks dan faktor lingkungan.