Masyarakat agraris, khususnya petani, tentunya sangat tergantung pada hasil pertanian mereka sebagai sumber penghasilan. Kota-kota atau daerah-daerah yang terletak di jarak yang lebih jauh dari daerah produksi pertanian biasanya mengalami peningkatan harga produk pertanian. Hal ini disebabkan oleh peningkatan biaya transportasi. Konsep geografi yang berkaitan langsung dengan fenomena ini adalah Konsep Jarak, Biaya, dan Manfaat (Distance, Cost, and Benefit).
Konsep ini menjelaskan bahwa sebuah produk atau layanan bernilai lebih tinggi saat harus dikirim atau disediakan di suatu tempat yang lebih jauh dari tempat asalnya. Seiring dengan peningkatan jarak, terdapat peningkatan biaya yang berkaitan dengan transportasi, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan untuk mengirim barang atau jasa tersebut. Biaya ini kemudian dialihkan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, petani yang menjual hasil pertanian ke daerah yang lebih jauh biasanya menetapkan harga yang lebih tinggi untuk menutupi biaya transportasi yang diperlukan. Kenaikan harga ini tidak hanya mencakup biaya bensin atau bahan bakar lainnya yang digunakan selama transportasi, tetapi juga biaya-biaya lain yang terkait, seperti ongkos sopir, biaya asuransi, dan biaya perawatan kendaraan.
Dalam skenario ini, konsumen di daerah yang lebih jauh cenderung membayar lebih tinggi untuk produk pertanian, tidak hanya karena kualitas produk, tetapi juga karena merefleksikan biaya yang lebih tinggi yang harus ditanggung oleh produsen atau distributor dalam mencapai mereka. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana biaya distribusi mempengaruhi harga pasar barang dan jasa, dan bagaimana konsep geografi berperan dalam menentukan struktur harga ini.