Dalam memahami proses penciptaan uang yang berlaku di bank-bank umum, kita perlu memahami beberapa skenario atau pemisalan yang berkaitan dengan aktivitas bank tersebut. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara bank sentral dan bank umum dalam ekonomi. Berikut ini beberapa pemisalan yang perlu diberikan untuk memahami proses penciptaan uang ini.
Pemisalan 1: Deposit Awal
Misalkan ada seseorang yang memasukkan sejumlah uang ke dalam bank, sebagai contoh Rp100.000. Jumlah uang ini disebut sebagai ‘deposit awal’. Pada saat ini, jumlah uang dalam perekonomian adalah Rp100.000.
Pemisalan 2: Kredit dan Reserves
Selanjutnya, menurut aturan dari bank sentral, bank umum harus memegang sebagian dari deposit ini sebagai cadangan atau ‘reserves’, misalkan sebesar 10%. Jadi, dari deposit awal sebesar Rp100.000 tersebut, bank akan menyimpan Rp10.000 sebagai reserves dan sisanya yaitu Rp90.000 akan dipinjamkan kepada nasabah lain dalam bentuk kredit. Pada saat ini, jumlah uang yang beredar dalam perekonomian secara total menjadi Rp190.000 (Rp100.000 deposit awal + Rp90.000 kredit).
Pemisalan 3: Proses Multiplier
Proses ini berlanjut hingga seterusnya. Orang yang meminjam Rp90.000 tersebut bisa juga menyetorkan uang ini ke bank lain, lalu bank lain juga akan memegang sebagian dan meminjamkan sisanya. Proses ini berlanjut secara berkelanjutan dan menghasilkan efek ‘multiplier’ penciptaan uang oleh bank-bank umum.
Pemisalan 4: Batas Penciptaan Uang
Namun, tentu saja, tidak ada uang yang bisa diciptakan tanpa batas. Batas akhir dari jumlah uang yang bisa diciptakan oleh bank-bank umum ini ditentukan oleh tingkat cadangan yang ditetapkan oleh bank sentral dan jumlah deposit awal.
Pada akhirnya, proses ini menunjukkan bagaimana bank-bank umum memainkan peran penting dalam ekonomi modern melalui penciptaan uang. Meskipun tampaknya kompleks pada awalnya, pemahaman terhadap kerja bank ini akan membantu kita lebih memahami struktur dan mekanisme ekonomi kita.
