Di tengah alam Nusantara yang kaya raya, magnet kekayaan alam Indonesia telah menarik bangsa Belanda ke nusantara pada abad ke-19 dan mengakibatkan penindasan dan eksploitasi sumber daya alam serta penduduk lokal, khususnya di pulau Jawa. Tidak puas dengan penindasan dan keserakahan ini, rakyat Jawa kemudian bangkit melawan mereka pada tahun 1825 yang berlangsung sampai 1830.
Perlawanan tersebut dikenal dalam sejarah sebagai Perang Diponegoro atau Javanese War, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini adalah sebuah respon terhadap berbagai perlakuan yang tidak adil dan eksploitasi oleh Kolonial Belanda. Perang ini melambangkan perlawanan terpenting dari rakyat Jawa terhadap penjajahan dan eksploitasi pada masa itu.
Pangeran Diponegoro yang lahir pada 1785 adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwono III dari Kesultanan Yogyakarta. Semangat perjuangan Diponegoro dibangkitkan oleh perasaan frustrasi dan kemarahan atas tindakan pemerintah kolonial Belanda yang merusak pemakaman atau makam wali, tempat bersemayamnya leluhur kerajaan, untuk pembangunan jalan raya.
Pangeran Diponegoro kemudian menjadi pemimpin perang yang sangat berani dan menampilkan kemampuan militer dan strategis yang luar biasa selama perang. Dia berhasil memobilisasi ribuan pejuang rakyat Jawa dan memimpin perang gerilya selama lima tahun melawan kekuatan kolonial Belanda.
Namun, perang berakhir tragis dengan Diponegoro ditipu dan ditangkap oleh Belanda pada tahun 1830 dalam pertemuan yang disebut-sebut sebagai perundingan damai. Dengan ditangkapnya Diponegoro, sejumlah besar pejuang Jawa kehilangan pemimpin mereka.
Perang Diponegoro menjadi salah satu perlawanan awal dan penting dalam perjuangan Indonesia melawan penindasan kolonial. Meski perang ini berakhir dengan kemenangan Belanda, namun perjuangan dan semangat Diponegoro tetap hidup dan merangsang kebangkitan gerakan nasional lainnya di masa depan. Dalam pelajaran sejarah, nama Diponegoro diabadikan sebagai pahlawan nasional, simbol perjuangan rakyat Jawa dan Indonesia melawan penindasan.