Rani adalah seorang perempuan yang berdedikasi tinggi di bidang jurnalistik. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya di bidang tersebut, ia memiliki pengetahuan dan kepandaian yang membuatnya meyakini bahwa posisi sebagai jurnalis adalah bidang yang paling cocok untuknya. Berbekal keterampilan dan antusiasme, ia berniat untuk mencari posisi baru yang dapat membantu dia mencapai aspirasinya.
Namun, bukannya berakhir di posisi yang diinginkannya, Rani malah ditempatkan di posisi yang tidak sesuai dengan latar belakang dan keahliannya. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi Rani. Tidak hanya membuatnya merasa tidak kompeten, sampai-sampai ia merasa stress dan menangis karena beban kerja serta tekanan-tekanan yang ada ditempat kerjanya.
Tidak hanya itu, Rani juga merasa muak dan bosan dengan pekerjaan barunya. Tumpukan pekerjaan yang ada di meja kerjanya, ditambah tekanan dari atasan sering kali menjadi serangkaian mimpi buruk yang terus menghantui. Dalam keadaan ini, tentu saja, Rani akan merasa tidak puas, frustrasi dan akhirnya menjerumuskan dirinya ke dalam hati yang keruh.
Parahnya lagi, situasi tersebut juga berdampak pada kesehatannya. Kesehatan fisik dan mental Rani semakin menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini bukan suntikan motivasi bagi Rani, melainkan ledakan penurunan kualitas hidupnya.
Walaupun pertukaran pekerjaan dapat disebabkan oleh berbagai alasan, seharusnya tetap diingat bahwa kesejahteraan karyawan adalah faktor penting yang harus dijaga. Posisi yang salah dapat berdampak negatif tidak hanya pada kinerja dan produktivitas karyawan, tetapi juga pada kesehatan dan kebahagiaan mereka.
Jadi, sementara perusahaan merasa memiliki hak untuk memposisikan karyawan sesuai kebutuhan organisasi, penting juga untuk mempertimbangkan aspirasi dan latar belakang karyawan. Memposisikan seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang dan minatnya tidak hanya akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan fisik mereka.
Dalam kasus Rani, penting untuk dia berkomunikasi dengan atasan tentang bagaimana perasaannya serta apa yang dia inginkan dan butuhkan. Bisa jadi solusi dapat ditemukan, baik itu melalui pelatihan, pembinaan, atau bahkan perubahan posisi.
Jadi, jawabannya apa? Kesejahteraan karyawan tidak boleh diabaikan. Pekerjaan dan posisi yang sesuai dengan latar belakang dan kemampuan seseorang tidak hanya berdampak pada produktivitas dan efisiensi, tapi juga pada kesehatan dan kebahagiaan mereka. Jika seorang karyawan tidak bahagia atau sehat, maka perusahaan juga tidak akan bisa berkembang dan sukses. Rani, dan banyak karyawan lainnya, harus diposisikan di tempat yang benar untuk mencapai potensi maksimal mereka.