Orisinalitas, dalam konteks kreativitas dan seni, adalah sebuah konsep yang sering kali berubah dan bersifat subjektif. Untuk beberapa orang, kreativitas dan originalitas bisa berarti menciptakan suatu hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Bagi orang lain, ini bisa berarti memberikan pemikiran baru dan berbeda pada ide yang sudah ada. Dalam konteks pendidikan, tentu saja, ini bisa berarti dua hal tersebut, tergantung pada siapa yang menilainya.
Kana, seorang siswa kelas 2 SD, mengalami momen kreatifitas ini saat melihat teman kelasnya membuat prakarya dari batang korek api. Baginya, prakarya tersebut sangat memukau dan berkesan sebagai suatu hal baru. Beberapa orang bisa berargumen bahwa sebab Kana berpikir seperti ini adalah karena ini adalah pengalaman pertamanya melihat prakarya tersebut, dan oleh karena itu, ia menganggapnya sebagai hal yang orisinal dan baru.
Namun, bagi Pak Amar, guru seni di sekolah Kana, prakarya yang dibuat oleh teman Kana tidaklah baru. Malah ini merupakan bagian dari kurikulum pendidikan seni kelas 3 SD. Ini menunjukkan bahwa pengertian dan penilaian tentang orisinalitas dapat berbeda-beda tergantung konteks dan pengalaman individu.
Dengan melihat dari perspektif Pak Amar, kita dapat menarik kesimpulan bahwa originalitas bersifat relatif. Prinsip orisinalitas ini dapat berarti ide yang sepenuhnya baru bagi seorang siswa, sedangkan bagi orang lain, khususnya guru yang berpengalaman, ide tersebut mungkin bukanlah sesuatu yang baru.
Situasi ini melibatkan konteks belajar di sekolah dan memberikan contoh yang baik tentang bagaimana prinsip orisinalitas dapat sangat berbeda tergantung pada individu, pengalaman, dan pengetahuannya. Oleh karena itu, orisinalitas tidaklah mutlak, namun bersifat relatif dan dapat berubah tergantung pada perspektif individu.