Budaya

Saat Sesi Coaching, Seorang Coach Menyadari bahwa Coachee Terlihat Murung, Menunduk, dan Volume Suaranya Kecil. Ia Menyadari Bahwa Coachee Sedang Gelisah dan Khawatir Akan Suatu Hal. Untuk Memastikan Hal Tersebut, Ia Merangkum Jawaban Coachee dan Memastikan Kebenarannya. Hal yang Dilakukan oleh Coach tersebut Merupakan Bagian dari 8 Kompetensi International Coaching Federation

×

Saat Sesi Coaching, Seorang Coach Menyadari bahwa Coachee Terlihat Murung, Menunduk, dan Volume Suaranya Kecil. Ia Menyadari Bahwa Coachee Sedang Gelisah dan Khawatir Akan Suatu Hal. Untuk Memastikan Hal Tersebut, Ia Merangkum Jawaban Coachee dan Memastikan Kebenarannya. Hal yang Dilakukan oleh Coach tersebut Merupakan Bagian dari 8 Kompetensi International Coaching Federation

Sebarkan artikel ini

Pada dunia coaching, memiliki kemampuan untuk memahami dan merespon emosi coachee adalah suatu keterampilan yang penting. Aksi dan perilaku coachee memberikan petunjuk penting tentang apa yang sedang mereka rasakan dan pikirkan. Intuisi, pengamatan, dan penafsiran atas perilaku seperti mood, bahasa tubuh, dan nada suara dapat digunakan oleh coach untuk menyimpulkan apa yang sedang dirasakan oleh coachee.

Seorang coach dalam sesi coaching, yang menyadari bahwa coachee terlihat murung, sering menunduk, dan volume suaranya kecil, mungkin berkesimpulan bahwa coachee sedang gelisah dan khawatir akan suatu hal. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan oleh coach tersebut merupakan bagian dari kompetensi ke-7 dari 8 kompetensi International Coaching Federation (ICF), yaitu “Direct Communication”.

Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan coach untuk berkomunikasi secara efektif selama proses coaching. Coach diharapkan mampu untuk memberikan umpan balik yang jujur dan konstruktif serta bebas dari bias. Selain itu, coach juga harus mampu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti coachee.

Dalam hal ini, memastikan apa yang dirasakan oleh coachee adalah bagian dari “Direct Communication”. Dengan merangkum jawaban coachee dan melakukan verifikasi, coach memberikan feedback atas apa yang telah coachee komunikasikan, sekaligus memperlihatkan pemahaman dan empati kepada coachee. Hal ini tidak hanya akan membantu memperjelas isu yang sedang dihadapi oleh coachee, tetapi juga akan memperkuat hubungan antara coach dan coachee.

Elemen lain dari kompetensi Direct Communication adalah memfasilitasi pembelajaran dan hasil dengan menggunakan metode dan teknik komunikasi yang tepat. Metode ini bisa meliputi, antara lain, merangkum, mengajukan pertanyaan, berbagi pengamatan dan wawasan, serta memberikan wawasan atau teknik baru yang dapat membantu coachee.

Maka, dapat disimpulkan bahwa tindakan coach dalam merespon dan verifikasi perasaan coachee merupakan bagian integral dari kompetensi Direct Communication, yang penting dalam kerangka kerja ICF. Namun, perlu diingat bahwa kompetensi Direct Communication hanya satu dari delapan kompetensi dasar ICF yang harus dikuasai oleh seorang coach yang efektif.

Jadi, jawabannya apa? Sebagai seorang coach, memerhatikan dan merespon perasaan coachee, menyimpulkan apa yang sedang dirasakan oleh coachee, dan melakukan verifikasi adalah bagian dari kompetensi “Direct Communication” dalam 8 Kompetensi International Coaching Federation.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *