Orde Baru, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto (1966-1998), menerapkan pendekatan politik sentralisasi sebagai ciri khas pemerintahan itu. Sentralisasi, dalam istilah politik, mengacu pada pemerintahan di mana keputusan dan kebijakan dibuat secara terpusat oleh pihak-pihak yang berada di tingkat puncak pemerintahan. Tujuannya adalah untuk menciptakan uniformitas dan konsistensi dalam kebijakan dan pelaksanaan di seluruh negara. Namun, pendekatan ini memiliki sejumlah dampak signifikan pada pemerintahan Orde Baru dan bagaimana negara ini beroperasi.
Tingkat Efisiensi Administratif
Dengan sentralisasi, proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan cenderung lebih cepat dan efisien. Selanjutnya, penegakan hukum dan kebijakan juga lebih mudah karena segala sesuatunya dikelola dan dikendalikan oleh pusat. Di sisi lain, sentralisasi dapat mengurangi tantangan dalam koordinasi antara berbagai entitas pemerintah.
Redistribusi Sumber Daya
Dalam sistem sentralisasi, alokasi sumber daya negara diatur oleh pemerintah pusat. Ini berarti bahwa pemerintah pusat memiliki kontrol penuh dalam mendistribusikan sumber daya dan anggaran ke seluruh bagian negara. Meski ini bisa memastikan sebaran sumber daya secara merata, namun juga berpotensi menimbulkan kesenjangan jika beberapa area lebih diprioritaskan dibandingkan yang lain.
Menghambat Partisipasi Publik
Sistem sentralisasi cenderung membatasi partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan. Terkadang, masyarakat merasa terasingkan dan kebijakan yang dibuat tidak selalu menggambarkan situasi lokal. Dengan kurangnya partisipasi dan representasi dari daerah, kebijakan yang dirumuskan bisa saja tidak berhasil mencapai tujuannya.
Kritik dan Kontroversi
Pemerintahan Orde Baru sering diperdebatkan seputar tindakan represif dan pelanggaran hak asasi manusia. Sentralisasi membantu pemerintahan dalam menjalankan kontrolnya, namun juga berpotensi melanggengkan korupsi dan nepotisme. Ini kemudian menjadi titik kritis dalam evaluasi dampak sentralisasi dalam pemerintahan Orde Baru.
Sebagai kesimpulan, sistem sentralisasi di bawah pemerintahan Orde Baru memiliki dampak yang kompleks. Sementara bisa meningkatkan efisiensi dan konsistensi, sentralisasi juga datang dengan berbagai tantangan seperti pengekangan partisipasi publik, risiko ketidakadilan dalam distribusi sumber daya, dan potensi penyalahgunaan kekuasaan.