Sosial

Sebelum Abad ke 16 M, Raja-raja Makasar Belum Memeluk Agama Islam. Raja-raja tersebut Baru Memeluk Islam Setelah Kedatangan Seorang Penyiar Islam dari Sumatera Yang Bernama …

×

Sebelum Abad ke 16 M, Raja-raja Makasar Belum Memeluk Agama Islam. Raja-raja tersebut Baru Memeluk Islam Setelah Kedatangan Seorang Penyiar Islam dari Sumatera Yang Bernama …

Sebarkan artikel ini

Sejarah telah mencatat bahwa sebelum abad ke 16 M, raja-raja Makasar, yang dikenal sebagai penguasa Kerajaan Gowa dan Tallo, belum memeluk agama Islam. Para pemimpin ini mengikuti kepercayaan animisme, dinamisme, dan memuja roh-roh tertentu, selaras dengan kepercayaan dan budaya lokal yang ada pada waktu itu. Namun, dinamika sejarah dan politik, serta pengaruh dari luar, mempengaruhi evolusi keyakinan ini.

Pada abad ke-16 M, berdatanganlah seorang penyiar Islam dari Sumatera yang membawa transformasi signifikan dalam budaya dan keyakinan masyarakat Makasar. Penyebar Islam ini tidak lain adalah Dato Ri Bandang. Diketahui dia merupakan salah satu dari sembilan wali, para tokoh yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Dato Ri Bandang, adalah sosok ulama yang memegang prinsip dakwah dengan cara persuasif dan menghargai budaya lokal. Dalam perjalanannya, dengan hikmah dan persuasi penuh kasih sayang, dia berhasil mempengaruhi Raja Gowa, yang bernama I Manga’Raja Daeng Manrabbia atau yang lebih dikenal dengan Raja Gowa IX Zainal Abidin.

Pada tahun 1605 M, setelah lama berinteraksi dan menerima pengajaran dari Dato Ri Bandang, Raja Gowa IX Zainal Abidin memutuskan untuk memeluk agama Islam. Keputusan ini menjadi titik balik sejarah bagi Makasar dan mempengaruhi dinamika penguasa, politik, budaya, dan sosial kerajaan. Akhirnya, dominasi Islam di wilayah ini semakin kuat dan terakhir menjadi salah satu benteng terakhir Islam di wilayah Indonesia saat menghadapi penjajahan Belanda.

Islam tidak hanya membawa perubahan dalam tataran kepercayaan, tetapi juga merasuk dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Makasar, termasuk politik, hukum, budaya, dan ekonomi. Dalam beberapa dekade, agama ini berhasil merubah bentuk dan struktur masyarakat Makasar, dan membentuk identitas baru yang berbeda dari apa yang ada sebelumnya.

Melalui kisah ini, kita bisa melihat bagaimana agama Islam masuk dan mengubah total kerajaan Makasar, dari roh-roh dan animisme menuju keyakinan monoteistik. Hal ini juga membuka pintu untuk bertanya, siapa lagi yang berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara dan bagaimana kerajaan Makasar dapat mempertahankan identitas budaya tradisional mereka dalam menghadapi perubahan besar ini.

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah sebuah proses yang kompleks dan multi-dimensi, dalam konteks ini, perubahan dan akulturasi religius di Makasar, yang tidak hanya dipengaruhi oleh Dato Ri Bandang tetapi juga oleh dinamika internal dan eksternal yang ada. Dalam proses ini, penting untuk kita ingat, bahwa perubahan bukanlah sebuah akhir, tetapi selalu menjadi awal dari sesuatu yang baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *