Sebuah perusahaan tambang minyak telah menegaskan niatannya untuk membor sebuah sumur. Perusahaan tersebut telah merumuskan biaya pemboran yang spektrifik: Rp250.000,00 setiap meter untuk 25 meter pertama, Rp300.000,00 setiap meter untuk 50 meter berikutnya, dan Rp350.000,00 setiap meter untuk kedalaman yang lebih lagi. Untuk mengevaluasi total biaya yang telah dikeluarkan dalam proyek ini, kita perlu memahami bagaimana pemboran dilakukan dan bagaimana biaya per meter diterapkan.
Untuk 25 meter pertama, perusahaan tersebut membayar Rp250.000,00 per meter. Oleh karena itu, biaya total untuk 25 meter pertama adalah 25 meter dikalikan dengan Rp250.000,00, yang totalnya menjadi Rp6.250.000,00.
Setelah itu, perusahaan tambang minyak ini balanjalan melanjutkan proses pemboran hingga kedalaman 50 meter lagi dengan biaya Rp300.000,00 per meter. Artinya, biaya total untuk 50 meter ini adalah 50 meter dikalikan dengan Rp300.000,00, atau Rp15.000.000,00.
Jika kita menjumlahkan total biaya kedua tahap ini, kita mendapatkan total biaya sejauh Rp21.250.000,00 untuk kedalaman 75 meter.
Namun, perusahaan telah menghabiskan sebesar Rp36.300.000,00 untuk seluruh pemboran. Jadi, untuk menemukan berapa dalamnya sumur tersebut, kita perlu melihat berapa banyak meter lagi yang perusahaan bor dengan biaya Rp350.000,00 per meter.
Untuk menemukan berapa meter lagi yang telah dibor oleh perusahaan, kita akan mengambil sisa total biaya (Rp36.300.000,00 – Rp21.250.000,00 = Rp15.050.000,00) dan membaginya dengan biaya per meter pada tahap ini, yaitu Rp350.000,00.
Maka dari itu, perusahaan tambang ini telah membor sumur hingga kedalaman sekitar 43 meter lagi, karena Rp15.050.000,00 dibagi dengan Rp350.000,00 adalah sekitar 43 meter.
Maka total kedalaman sumur adalah 25 meter + 50 meter + 43 meter = 118 meter.
Jadi, jawabannya apa? Meskipun perusahaan telah menghabiskan Rp36.300.000,00 untuk proses pemboran, sumur tersebut berakhir dengan kedalaman sekitar 118 meter.