Sampah atau limbah merupakan salah satu isu serius yang tengah dihadapi oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Selain menimbulkan polusi dan penyakit, limpahan sampah juga bisa menimbulkan penumpukan dan pemborosan sumber daya. Akan tetapi, di tengah kemelut ini, muncul berbagai upaya inovatif untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi. Bentuk sampah atau limbah yang sering dipakai dalam kerajinan limbah dan berasal dari makhluk hidup disebut sampah organik.
Sampah organik biasanya berasal dari makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan. Sampah jenis ini dapat mencakup sisa-sisa makanan, dedaunan, kulit buah, bagian-bagian hewan yang tidak terpakai, dan sebagainya. Dalam konteks kerajinan limbah, sampah organik memiliki banyak potensi untuk diproses menjadi produk bermanfaat.
Salah satu alasan mengapa sampah organik sering dipakai dalam kerajinan limbah adalah karena sifatnya yang mudah hancur dan biodegradable. Sebagai contoh, kulit buah-buahan bisa diolah menjadi pakaian melalui proses fermentasi, sementara kertas bekas bisa diproses menjadi serat yang digunakan sebagai bahan baku tas dan sepatu. Melalui proses kreatif, sampah organik bisa diubah menjadi berbagai produk kerajinan dengan nilai jual.
Selain itu, penggunaan sampah organik dalam kerajinan limbah juga memberikan dampak positif bagi lingkungan. Dengan mengolah sampah organik, kita bisa mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan meminimalkan emisi gas rumah kaca. Mengingat bahwa sampah organik merupakan jenis sampah yang paling banyak dihasilkan oleh rumah tangga, potensi penggunaannya dalam kerajinan limbah tentu sangat besar.
Intinya, sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup dan sering dipakai dalam kerajinan limbah. Inovasi dalam pengolahan sampah seperti ini bukan hanya memberikan solusi bagi permasalahan sampah, tapi juga membuka peluang usaha dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Dengan kesadaran dan upaya bersama, kita bisa mengubah ‘sampah’ menjadi ‘harta’.