Budaya

Setelah Lama Bersama dengan Dia, Aku Sadar Kalau Dia Tergolong Anak yang Egois. Dia Telah Berubah. Dia Benar-Benar Berubah. Dulu Dia Baik, Tetapi Sekarang Mulai Terlihat Sifat Buruknya. Penggalan Cerpen Tersebut Menggunakan Majas/Gaya Bahasa

×

Setelah Lama Bersama dengan Dia, Aku Sadar Kalau Dia Tergolong Anak yang Egois. Dia Telah Berubah. Dia Benar-Benar Berubah. Dulu Dia Baik, Tetapi Sekarang Mulai Terlihat Sifat Buruknya. Penggalan Cerpen Tersebut Menggunakan Majas/Gaya Bahasa

Sebarkan artikel ini

Terdapat berbagai jenis figuratif atau gaya bahasa yang biasa digunakan dalam sebuah karya sastra. Dalam sebuah cerpen, penggunaan gaya bahasa ini cenderung digunakan untuk mengekspresikan emosi atau menggambarkan situasi dengan cara yang lebih mendalam. Salah satu contoh penggalan cerpen yang mengandung penggunaan gaya bahasa adalah: “Setelah lama bersama dengan dia, aku sadar kalau dia tergolong anak yang egois. Dia telah berubah. Dia benar-benar berubah. Dulu dia baik, tetapi sekarang mulai terlihat sifat buruknya.”

Dalam penggalan cerpen ini, terdapat beberapa jenis gaya bahasa atau majas. Pertama, majas repetisi dapat ditemukan dalam kalimat “Dia telah berubah. Dia benar-benar berubah.” Repetisi adalah teknik pengulangan suatu kata atau frasa dalam sebuah kalimat atau paragraf untuk menekankan suatu poin. Dalam contoh ini, repetisi digunakan untuk menekankan bagaimana karakter utama merasa terkejut dan terpukul oleh perubahan sifat orang yang dia kenal.

Kedua, majas kontras. Penggunaan kontras dapat dilihat diawal dan akhir penggalan cerpen ini. Kontras adalah teknik yang digunakan di dalam sastra untuk menyoroti perbedaan antara dua elemen berbeda. Dalam hal ini, kontras digunakan untuk menunjukkan perubahan dramatis dalam sifat karakter dari baik menjadi egois dan merugikan.

Ketiga, majas personifikasi. Personifikasi adalah teknik yang digunakan dalam sastra untuk memberikan sifat manusia kepada sesuatu yang bukan manusia. Meski dalam konteks ini tidak langsung, kita dapat melihat indikasi personifikasi dalam penggambaran “sifat buruk” sebagai suatu entitas yang “mulai terlihat”. Personifikasi ini dipakai untuk menambah intensitas emosi yang disampaikan.

Untuk memahami lebih dalam makna dan tujuan tertentu dari penggunaan gaya bahasa dalam cerpen ini, kita perlu mempertimbangkan konteks ceritanya selengkapnya. Namun, meski begitu, sudah jelas bahwa penggunaan gaya bahasa penting dalam pembentukan nuansa dan pemahaman pembaca mengenai cerita yang ingin disampaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *